Jakarta, CNN Indonesia -- Beragam cara ditempuh bank untuk menggaet nasabah segmen konsumer dan ritel di pasar Indonesia. HSBC Indonesia misalnya, bank yang berkedudukan di London ini mengaku kini lebih mengandalkan penawaran uang kembali atau
cashback untuk setiap transaksi kartu kredit yang dilakukan oleh nasabahnya.
Menurut
SVP Retail Banking dan Wealth Management HSBC Dewi Tuegeh, cara pemasaran ini dianggap lebih efektif jika dibandingkan memberikan promo potongan harga atau diskon di
merchant tertentu.
Berlatar belakang alasan tersebut, bank yang baru mengakuisisi Bank Ekonomi Raharja itu menerbitkan kartu kredit Platinum yang khusus memberikan
cashback 25 persen dari setiap nilai transaksi yang dilakukan di mana saja.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau diskon biasanya diberikan pada saat ada syarat harus memenuhi transaksi minimum dan biasanya di tempat-tempat tertentu. Kalau dengan
cashback nasabah bisa menikmati
cashback untuk transaksi berapapun dan di mana pun," ujar Dewi, Rabu (21/9).
Prinsipnya, menurut Dewi, tujuan
cashback dan diskon memang sama, tetapi keduanya memiliki perbedaan. Diskon biasanya dikemas dengan bentuk persentase dari harga jual. Sementara,
cashback dilakukan dengan memotong harga jual dan mengembalikan sejumlah uang sesuai nominal potongan kepada nasabah.
Tetapi, perlu diketahui, umumnya pengembaliannya tidak bersifat tunai, namun dalam bentuk uang elektronik yang bisa diakumulasi setiap nasabah mendapatkan promo
cashback. Dalam kartu kredit khusus
cashback milik HSBC tersebut, dana
cashback bisa diendapkan dalam bentuk akun khusus atau bisa dikonversi menjadi cicilan kartu kredit mulai dari Rp50.000 setiap bulannya.
"Jumlah
cashback yang diterima dapat diketahui langsung di setiap transaksi. Sehingga, pengguna kartu dapat segera menghitung total penghematan, tanpa harus menunggu datangnya lembar tagihan bulanan," terang Dewi.
Melalui cara tersebut, Dewi optimistis, pertumbuhan penggunaan kartu kredit HSBC masih positif. HSBC juga akan fokus menyasar segmen muda Indonesia di rentang usia 25-35 tahun yang berdasarkan studi HSBC masih beragam, di tengah kondisi finansial yang sebagian besar 44 persen belum mapan atau bahkan kurang stabil.
"Kami melihat, potensi pasar di Indonesia masih sangat besar. Karenanya, khusus produk ini kami menyasar para generasi milenial di Indonesia," pungkasnya.
(bir)