PLN Diminta Konsisten Terkait Pasokan Gas Proyek 35 ribu MW

Gentur Putro Jati | CNN Indonesia
Kamis, 22 Sep 2016 12:41 WIB
PLN mengubah klausul pasokan gas untuk PLTGU Jawa-Bali 3 dan Riau dari sebelumnya diserahkan kepada IPP menjadi dipasok oleh PLN sendiri.
PLN mengubah klausul pasokan gas untuk PLTGU Jawa-Bali 3 dan Riau dari sebelumnya diserahkan kepada IPP menjadi dipasok oleh PLN sendiri. (CNN Indonesia/Andry Novelino).
Jakarta, CNN Indonesia -- PT PLN (Persero) dinilai tidak konsisten dalam menjalankan lelang megaproyek pembangkit listrik 35 ribu Megawatt (MW). Khususnya terkait lelang pembangkit listrik tenaga gas dan uap atau PLTGU, di mana PLN mengubah syarat lelang terkait pasokan gas ke pembangkit.

Pengamat Energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi menuturkan, awalnya PLN menyerahkan urusan pasokan gas ke peserta lelang. Namun, belakangan diubah dan diambil alih perusahaan pelat merah tersebut.

Ia menuturkan, hal tersebut terjadi di proyek PLTGU Peaker Jawa-Bali 3 dengan kapasitas 500 MW dan PLTGU Peaker Riau dengan daya 250 MW. Proses lelang dua pembangkit tersebut dijadwalkan memasuki tahap pengumpulan dokumen penawaran lelang bulan depan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jika memang PLN ingin mengambil alih tanggung jawab pasokan gas, maka PLN harus mengambil tanggung jawab penuh dan konsisten dengan berbagai konsekuensinya," ujar Fahmy, Kamis (22/9).

Fahmi menegaskan, PLN juga tebang pilih dalam mengambil alih pasokan gas dalam proyek-proyek listrik yang dilelangnya. Hal tersebut hanya berlaku untuk proyek-proyek besar seperti Jawa-Bali 3, Riau, dan Jawa 1.

Sedangkan untuk proyek PLTGU yang berkapasitas lebih kecil, seperti proyek PLTMG Scattered Riau 180 MW dan PLTMG Pontianak berkapasitas 100 MW, PLN tidak mengambil alih pasokan gasnya.

“Tak heran hingga batas lelang 26 Juli 2016 lalu, tak ada satu pun peserta lelang yang memasukkan dokumen lelang,” tegasnya.

Menurutnya, jika PLN memang berkomitmen menyediakan gas untuk seluruh PLTGU yang dilelangnya maka hal tersebut akan memperlancar proses konstruksi sampai pengoperasian pembangkit karena sudah mendapat kepastian pasokan gas. Namun, Fahmi menyayangkan jika hal tersebut justru sampai membuat PLN melakukan empat kali penundaan pengumpulan dokumen pada kedua PLTGU tersebut.

Ia berpendapat, manajemen badan usaha milik negara (BUMN) listrik ini seperti kebingungan dan terkesan tidak memiliki konsep serta pemahaman yang memadai terhadap program raksasa yang sedang dijalankannya. Akibatnya lelang pembangkit jadi tertunda-tunda.

Investor Bingung

Maju mundurnya pelaksanaan lelang PLN karena perubahan klausul yang dibuat oleh manajemen, dikhawatirkan mengganggu kepercayaan investor dalam hal ini independent power producer (IPP) nasional maupun asing.

Padahal, proyek PLTGU Jawa-Bali 3 dan Riau cukup menjadi incaran investor. Hal itu terlihat dari banyaknya perusahaan yang berminat mengikuti lelang di dua pembangkit ini.

Untuk PLTGU Peaker Jawa-Bali 3, misalnya, beberapa perusahaan yang berminat menjadi peserta lelang di antaranya Medco Power, PT Rukun Raharja Tbk, PT Indonesia Power, dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk.

Adapun Toba Bara, Medco Power, Global Concord Holding Ltd. (GCL-Poly), dan PT Odira Energy Persada menyatakan ketertarikan mengikuti lelang PLTGU Peaker Riau. Bahkan, kabar yang beredar menyebutkan bahwa Pertamina turut ambil bagian dalam kedua lelang tersebut.

Sementara itu, Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro berpendapat PLN harus bertanggung jawab jika terjadi kegagalan pasokan gas, jika ingin menjadi pemasok tunggal kebutuhan gas beberapa PLTGU yang di lelangnya. Isu ini menjadi masalah dalam lelang PLTGU Jawa 1, di mana jika terjadi kegagalan suplai dari PLN justru pengembang yang harus menanggung risiko dan ongkos kegagalan tersebut. (gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER