Jakarta, CNN Indonesia -- Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menilai tren penurunan konsumsi premium sangat dipengaruhi faktor harga. Dengan selisih harga yang tidak jauh berbeda, konsumen kian selektif memilih BBM dengan kualitas yang lebih bagus.
"Sekarang, seharusnya dijadikan momentum untuk perbaikan kualitas BBM dengan memperbanyak pertalite dan pertamax," tutur Tulus Abadi, Ketua Pengurus Harian YLKI, Rabu (28/9).
Sebagai informasi, konsumsi BBM jenis premium terus turun hingga akhir September 2016, karena konsumen mulai menggunakan BBM nonsubsidi terutama jenis pertalite yang harganya tidak terlalu jauh dibandingkan premium.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Konsumen juga cenderung memilih BBM yang ramah lingkungan dengan kadar oktan (RON) lebih tinggi, seperti pertalite atau pertamax, karena kualitasnya lebih tinggi dibandingkan premium.
Saat ini, harga jual pertalite di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) sebesar Rp6.900 per liter, dan pertamax dibanderol Rp7.350 per liter. Sementara, premium dibanderol Rp6.450 per liter.
Artinya, perbedaan harga pertalite dan pertamax dengan premium hanya berkisar Rp500-Rp900 per liter. Dengan selisih harga yang tidak terlalu lebar, kualitas yang diperoleh konsumen dari pertalite dan pertamax jauh lebih bagus.
Tulus mengungkapkan, tren penjualan BBM nonsubsidi Pertamina kini mencapai 45 persen dari total konsumsi BBM yang mencapai 91 ribu kilo liter (KL) per hari, menyusul terjadinya penurunan permintaan premium oleh masyarakat.
Menurut Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro, tren penjualan BBM nonsubsidi Pertamina, yakni pertamax series dan pertalite semakin hari kian meningkat.
Jika pada semester I 2016 rata-rata hanya sekitar 15 ribu KL per hari atau 20 persen dari total permintaan BBM, maka konsumsinya mencapai 40.837 KL per hari atau 45 persen dari total konsumsi BBM selama 1-20 September 2016.
"Perkembangan ini sangat menggembirakan karena menunjukkan bahwa masyarakat di Tanah Air sudah benar-benar menerima inovasi produk yang dilakukan Pertamina. Kami akan terus meningkatkan ketersediaan pertamax series, dan pertalite di lebih banyak SPBU untuk memastikan pelayanan kepada masyarakat berjalan dengan baik," katanya.
Berdasarkan statistik tren penjualan BBM oleh Pertamina, penjualan pertalite melonjak paling tinggi. Konsumsi dari tanggal 1-20 September 2016 tercatat mencapai 25 ribu KL per hari. Padahal, pada periode Januari-Juni 2016, penjualan pertalite rata-rata masih sekitar 6.500 KL per hari.
Konsumsi pertamax juga meningkat tajam, dari semula di kisaran 10 ribu KL per hari pada semester I menjadi 15 ribu KL per hari pada periode 1-20 September 2016. Sementara, Pertamax Turbo yang baru diluncurkan awal Agustus 2016 melesat sekitar 170 persen pada September 2016.
Menurut Wianda, konsumsi premium turun dari semula 70 ribu KL per hari pada paruh pertama tahun ini menjadi hanya 55 ribu KL per hari pada Agustus dan 50 ribu KL per hari pada 20 hari pertama September 2016.
Pun demikian, Wianda melanjutkan, Pertamina akan terus menjaga ketersediaan premium di tengah pelemahan permintaan tersebut.
(bir)