Jakarta, CNN Indonesia -- Pelaksana Tugas (Plt) Menteri ESDM Luhut Binsar Panjaitan mengungkapkan merger dua perusahaan sektor gas, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (Persero), dan PT Pertamina Gas (Pertagas) akan menekan harga gas untuk industri.
Luhut mengatakan, sinergi antara perusahaan gas pelat merah dengan anak usaha dari perusahaan BUMN itu akan terus didorong untuk memenuhi permintaan Presiden Joko Widodo. Sesuai arahan Jokowi dalam rapat terbatas Selasa (4/10), harga gas industri diharapkan bisa turun di bawah US$5-US$6 per MMBTU dalam dua bulan.
"Harga gas tadi kami sedang bicarakan. Sekarang kan banyak layer-layer (rantai pasokan) gas sampai ke hilirnya. Kami mau coba sederhanakan. PGN dan Pertagas dimerger jadi satu saja," ujarnya, seperti dilansir ANTARA, Rabu (5/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Menko Bidang Kemaritiman itu, sinergi keduanya diperlukan agar bisa saling melengkapi bisnis gas yang efisien.
"Kadang yang satu punya gas, tetapi enggak punya pipa. Atau punya pipa, tapi enggak punya gas. Jadi satu saja," tutur dia.
Selain itu, Luhut juga menekankan tingginya harga gas di hulu. Ia berharap, harga gas di sumur bisa di bawah US$6 per MMBTU. Dengan begitu, harga gas di hilir bisa ditekan sesuai keinginan Jokowi.
Sebelumnya, pemerintah menargetkan harga gas untuk industri dapat turun, sehingga meningkatkan daya saing industri di Indonesia.
"Lakukan penyederhanaan dan pemangkasan rantai pasok, sehingga lebih efisien dan saya minta agar dijaga juga, dikalkulasi. Ini terkait dengan iklim investasi sektor gas bumi," terang Jokowi.
Pemerintah ingin menurunkan harga gas untuk industri di Indonesia yang saat ini masih berkisar US$9,5 per MMBTU untuk dapat bersaing dengan negara-negara lain, khususnya di ASEAN.
Ia menjelaskan, harga gas di Indonesia masih lebih tinggi dibanding negara-negara lain, di antaranya US$7 per MMBTU di Vietnam, US$4 per MMBTU di Malaysia, dan US$4 per MMBTU di Singapura.
"Padahal, negara kita mempunyai potensi cadangan gas bumi yang cukup banyak, sangat banyak. Dan sebaliknya, negara-negara tersebut, baik Vietnam, Malaysia, Singapura, ini dapat dikategorikan mengimpor gas bumi," pungkasnya.
(bir)