Jones Lang LaSalle: Okupansi Sektor Ritel Stagnan

CNN Indonesia
Kamis, 06 Okt 2016 09:50 WIB
Kendati demikian, pertumbuhan ekonomi kuartal II yang di atas 5 persen diharap mampu merangsang pertumbuhan ritel.
Kendati demikian, pertumbuhan ekonomi kuartal II yang di atas 5 persen diharap mampu merangsang pertumbuhan ritel. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Lembaga konsultan properti, Jones Lang LaSalle (JLL) mencatat tingkat okupansi properti sektor ritel cenderung stagnan dibandingkan dengan sepanjang tahun 2015, yakni di kisaran 90 persen.

Menurut Kepala Riset JLL James Taylor, tingkat okupansi properti dalam sektor ritel sangat tergantung dengan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB).

Kendati tingkat okupansi terlihat stagnan, lanjut James, permintaan perusahaan ritel sebenarnya tumbuh tipis. JLL mencatat hingga kuartal III 2016, jumlah permintaan yakni sekitar 50 ribu per meter persegi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Angka tersebut hampir menyentuh jumlah permintaan sepanjang tahun 2015 yakni 57 ribu per meter persegi.

"Sama halnya dengan area perkantoran. Pusat perbelanjaan ini dipengaruhi oleh PDB. Ketika PDB sudah naik di atas 5 persen jadi ada perbaikan, sehingga aktivitas pasar sudah mulai ada pergerakan di kuartal tiga," ungkap James, Rabu (5/10).

Seperti diketahui, pemerintah mencatat PDB pada kuartal II 2016 sebesar 5,18 persen. Angka tersebut melonjak jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 4,67 persen.

Sementara, pemerintah sendiri belum mengumumkan PDB pada kuartal III tahun ini, tetapi beberapa pihak termasuk Bank Indonesia (BI) memprediksi PDB pada kuartal III dapat menyentuh 5,2 persen.

Dengan demikian, JLL memprediksi tingkat okupansi mencapai 95 persen pada 2020. Kenaikan tingkat okupansi ini juga ditopang oleh moratorium pemerintah daerah yang membatasi pembukaan pusat perbelanjaan di DKI Jakarta.

Dengan begitu, jumlah penawaran area menurun dari tahun 2015 sebanyak 100 ribu per meter persegi, menjadi sedikit lebih kurang dari angka tersebut saat ini. JLL sendiri memprediksi jumlah penawaran hingga 2020 sekitar 50 ribu per meter persegi.

"Pasar ritel masih cukup sehat atau baik. Yang masuk dan akan masuk terbatas. Dengan keterbatasan penawaran yang ada ditambah permintaan yang ada maka masih cukup sehat," terangnya.

James menjelaskan, sektor ritel yang diminati saat ini yakni Food & Beverages (F&B). Hal ini karena perubahan budaya di mana pusat perbelanjaan tak lagi hanya dijadikan tempat belanja melainkan tempat untuk berkumpul (hang out), sehingga sektor F&B lebih dibutuhkan oleh pengunjung.

"Karena pusat perbelanjaan itu lifestyle. Jarang mau belanja lagi, jadi yang lebih hidup sektor F&B. Lalu fesyen permintaannya datang dari Uniqlo atau H&M, yang bisa digunakan sehari-hari," ucapnya.

Berdasarkan catatan JLL, jumlah penawaran hingga saat ini yaitu 2,84 juta per meter persegi dengan harga sewa kotor Rp602.225 per meter persegi per bulan. (gir/gir)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER