Sritex Pasok Bahan Kain Uniqlo Sampai Hugo Boss

CNN Indonesia
Minggu, 16 Okt 2016 02:24 WIB
Wakil Presdir Sritex Iwan K. Lukminto menjelaskan, selain seragam tentara, perusahaannya juga membuat produk fesyen yang diekspor ke lebih dari 100 negara.
Wakil Presiden Direktur PT Sritex Iwan K. Lukminto bersama Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan Brigjen TNI Djundan Eko Bintoro di Pabrik PT Sritex Sukoharjo menyambut kedatangan awak media. (CNN Indonesia/Puput Tripeni Juniman).
Sukoharjo, CNN Indonesia -- PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) terus mengembangkan divisi fesyennya dalam beberapa tahun terakhir, guna mengimbangi divisi seragam militer yang telah berkembang sejak 1994 lalu.

Wakil Presiden Direktur Sritex Iwan K. Lukminto menjelaskan, selain seragam tentara, saat ini perusahaannya juga membuat produk fesyen yang diekspor ke lebih dari 100 negara.

“Selain memproduksi barang jadi, bahan-bahan keluaran Sritex juga digunakan merek-merek ternama seperti Hugo Boss, Uniqlo, H&M, dan Erika. Pabrik Hugo Boss ada di Turki, kami ekspor ke sana,” kata Iwan di kantornya, Sukoharjo, kemarin.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pabrik ini juga memproduksi pakaian untuk seri kartun seperti Disney dan Star Wars. Produk tersebut hanya bisa dibeli di toko resmi yang berada di luar negeri. Harganya mencapai puluhan hingga ratusan dolar.

Setiap tahunnya, PT Sritex menghasilkan 1,2 juta mata pintal, pewarnaan dengan kapasitas 540 juta yard pertahun, dan konveksi yang mencapai 25 juta potong. Serta lebih dari 500 desain yang telah dihasilkan.

Usaha tekstil Sritex, berawal dari sebuah kios kecil di Pasar Klewer pada 1966 dengan nama U.D. Sri Rejeki. Industri rumahan milik Haji Muhammad Lukminto, ayah Iwan, awalnya hanya memiliki 16 karyawan.

Kini usaha itu terbentang di lahan seluas 140 hektare dengan 40 anak perusahaan dan lebih dari 50 ribu karyawan. Termasuk 180 diantaranya merupakan pekerja difabel yang terdiri dari tuna rungu, tuna wicara, serta tuna daksa. Pekerja itu ditempatkan sesuai dengan keahlian yang dimilikinya.

Gusur China

Iwan menjelaskan bahwa saat ini potensi usaha tekstil sangat terbuka di pasar internasional. Bahkan Sritex memandang China yang merupakan penguasa pasar tekstil di dunia, tidak lagi dilihat sebagai kompetitor melainkan target pasar.

"China bukan saingan lagi tapi pangsa pasar yang bisa dirintis. Sudah dibuktikan, kami sudah berhasil ekspor ke China," kata Iwan.

Menurut Iwan, negara tirai bambu itu saat ini kesulitan mendapatkan tenaga kerja. Hal ini berbeda dengan di Indonesia. Sedangkan negara penghasil tekstil lain seperti Bangladesh dan Vietnam masih bergantung terhadap ekspor.

Iwan beranggapan Indonesia diuntungkan dengan pasar domestik yang juga besar. Sritex, kata Iwan, membagi jumlah ekspor dan konsumsi dalam negeri secara seimbang yaitu 60 dan 40 persen.

Kendati bisa bersaing dengan produk luar, Iwan menyayangkan pemerintah yang belum mampu menindak penyelundupan tekstil dari luar negeri. Menurutnya, tindakan itu mematikan usaha tekstil di tanah air.

"Sangat-sangat membunuh pertekstilan indonesia, produk yang masuk ke Indonesia adalah prdoduk sisa, pasti sudah di bawah modal. Masuk ke indonesia secara ilegal lagi. Kalau dibandingkan dengan seperti itu kami kalah," tutur Iwan.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER