Jakarta, CNN Indonesia -- PT HM Sampoerna Tbk berencana terus menambah jumlah mitra petani pemasok tembakau dan cengkeh untuk keperluan produksi rokok tujuh pabriknya di Indonesia.
Manajemen mencatat sampai saat ini setidaknya ada 27 ribu petani dari Madura, Jember, Bondowoso, Lumajang, Rembang, Wonogiri, dan Purwodadi yang menjadi mitra program sistem produksi terpadu. Ketika program tersebut diluncurkan 2009 lalu, jumlah petani mitra yang terlibat hanya 5 ribuan orang.
Manager Leaf Agronomy Sampoerna Bakti Kurniawan menjelaskan, program kemitraan Sampoerna dibuat melalui kontrak kerja sama di mana para petani mendapatkan pendampingan pertanian, akses permodalan, sarana dan prasarana pertanian, serta jaminan pembelian produk.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain bertujuan meningkatkan produktivitas, salah satu target pencapaian dari program kemitraan ini adalah membuat proses pekerjaan yang dilakukan para petani menjadi efisien.
“Contohnya seperti petani tembakau rajang. Pada umumnya, orang merajang dengan cara tradisional dimana produktivitas per jam nya sangat rendah. Namun jika sudah terlatih, dia bisa menyelesikan 50 – 70 kilogram daun basah dalam satu jam,” ujar Bakti, dikutip Jumat (14/10).
Manajer Clove Agronomy Sampoerna Yudha Wasisto menambahkan, program kemitraan dengan petani cengkeh juga dilaksanakan dalam rangka mendorong hasil produktivitas yang lebih baik sehingga turut mensejahterakan para petani cengkeh.
“Cengkeh yang digunakan Sampoerna berasal dari beberapa daerah di Jawa, Bali dan Sulawesi. Di mana kita memilih di 22 sentra-sentra komoditi cengkeh,” kata Yudha.
Kepala Subdit Tanaman Semusim dan Rempah Kementerian Pertanian Iswanto mendukung program kemitraan Sampoerna tersebut karena dinilai menjadi cara efektif dalam meningkatkan produktivitas pertanian.
“Permasalahan di pertembakauan saat ini adalah produktivitas yang rendah serta tata niaga yang kurang baik. Hal itu dapat terselesaikan dengan cara ini,” kata Iswanto.
Iswanto menuturkan, berdasarkan hasil rekapitulasi Kementerian Pertanian, sebanyak 14 provinsi penghasil tembakau di Indonesia masih memiliki produktivitas di bawah 1 ton per hektare. Angka ini termasuk di bawah rata–rata produksi optimal. Dengan adanya kemitraan, ada peningkatan produksi tembakau secara signifikan.