Jakarta, CNN Indonesia -- Dolar Amerika Serikat naik ke level tertingginya sejak awal Maret terhadap sebagian besar mata uang dunia pada Jumat (21/10), seiring dengan meningkatnya ekspektasi pelaku pasar terhadap kenaikan suku bunga.
Di Wall Street, saham-saham energi dan kesehatan membebani indeks saham S&P 500 dan Dow Jones Industrial Average (DJIA).
Reuters mencatat, indeks DJIA ditutup melemah 0,09 persen ke level 18.145,71, sedangkan S&P 500 terkoreksi 0,01 persen menjaid 2.141, 16. Hanya indeks Nasdaq Composite yang berhasil menguat 0,3 persen menuju 5.257,4.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, indeks greenback, yang merupakan indeks nilai tukar dolar terhadap enam mata uang utama, naik 0,45 persen menjadi 98,758 pada akhir perdagangan. Level itu merupakan yang tertinggi selama hampir delapan bulan.
Pada penutupan perdagangan, euro melemah ke level US$1,0827 dari sebelumnya US$1,0927. Sedangkan pound Inggris merosot menjadi US$1,2226 dari US$1,2251. Depresiasi juga terjadai pada dolar Australia, dari US$0,7629 menjadi US$0,7596.
Pernyataan Presiden Fed San Francisco John Williams, yang ingin The Fed menaikkan suku bunga acuan secepatnya, menjadi sentimen yang memengaruhi pergerakan pasar uang dan pasar modal.
"Dalam konteks ekonomi yang kuat dengan momentum yang baik, masuk akal untuk kembali menaikkan suku bunga secara bertahap," kata Williams dalam pidatonya, Jumat (21/10).
Sebelumnya, Presiden Federal Reserve New York William Dudley memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga pada akhir tahun ini. Ia menambahkan, perkiraan itu bergantung pada perkembangan perekonomian terkini.
Sementara mayoritas analis meyakini, the Fed akan mempertahankan suku bunga acuannya hingga pertemuan November. Kemungkinan besar, the Fed baru akan menaikkan suku bunga pada Desember.
(ags)