Menperin: Sektor Baja dan Otomotif Motor Industri Kuartal IV

Yuliyanna Fauzi | CNN Indonesia
Rabu, 26 Okt 2016 07:15 WIB
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto masih optimistis target pertumbuhan industri 5,7 persen tercapai tahun ini meski terjadi perlambatan pada kuartal III.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto (kiri) berbincang-bincang dengan Tim CNNIndonesia.com di ruang kerjanya, Kamis (25/8). (CNN Indonesia/Ranny Virginia Utami)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto masih optimistis target pertumbuhan industri 5,7 persen tercapai tahun ini meski terjadi perlambatan pada kuartal III 2016. Geliat manufaktur di tiga bulan terakhir diyakini bakal menggenapi capain pertumbuhan industri, terutama dimotori oleh aktivitas industri dan otomotif.

"Khususnya baja untuk industri otomotif itu tengah didorong duluan. Jadi, baja untuk otomotif bisa mencapai target 800 ribu ton per tahun. Saat ini sudah 400 ribu ton. Tahun depan, tambah 400 ribu ton lagi," ujar Airlangga di Gedung Bina Graha, Istana Kepresidenan, Selasa (25/10).

Secara keseluruhan, lanjutnya, industri baja diyakini Airlangga dapat mengejar target produksi hingga 10 juta ton per tahun.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Industri baja kami sedang buat masterplannya untuk target industri baja 10 juta ton per tahun. Ini kita sedang bahas," katanya.

Sementara untuk otomotif, ia meyakini sektor ini akan semakin bergairah menyusul rencana investasi Mitsubishi Motor pada April 2017 dan merilis model baru pada Oktober 2017. Meski produksinya baru pada tahun depan, tetapi penyediaan bahan baku baja akan dikebut pada kuartal terakhir tahun ini.

"Ini membuat mereka membuat protipe dan mengambil beberapa bahan baku dari Indonesia," imbuhnya.

Sementara itu, sektor lain yang juga akan meningkat adalah industri pulp and paper, aluminium aloy, dan industri kaca yang diprediksi akan melakukan ekspansi.

Meski sempat tertekan, Airlangga menilai secara keseluruhan kinerja manufaktur nasional masih tumbuh dan semakin merata dalam dua tahun pertama pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla.

“Salah satu strategi mempercepat penyebaran dan pemerataan pembangunan industri adalah melalui pembangunan kawasan industri. Hal ini sesuai arahan Presiden Joko Widodo untuk mewujudkan Indonesia sentris,” ujar Airlangga.

Hingga tahun 2016, sebanyak 73 kawasan industri telah dibangun di Indonesia. Beberapa kawasan yang saat ini memiliki progres signifikan dalam pembangunannya, antara lain Kawasan Industri Sei Mangke di Sumatera Utara yang difokuskan pada pengembangan oleo chemical, Kawasan Industri Dumai di Riau dan Kawasan Industri Berau di Kalimantan Timur yang dibangun menjadi Palm Oil Green Economic Zone (POGEZ), serta Kawasan Industri Palu di Sulawesi Tengah untuk pengembangan industri minyak atsiri.

Selanjutnya, Kawasan Industri Kendal di Jawa Tengah menjadi pusat industri ringan (light industry), Kawasan Industri Java Integrated Industrial Ports and Estate (JIIPE) di Gresik, Jawa Timur menjadi pusat industri berat (heavy industry), dan Kawasan Industri Morowali di Sulawesi Tengah menjadi pengembangan industri feronikel.

Selain itu, beberapa industri yang tengah dalam proses penyelesaian pembangunan, di antaranya pabrik pulp and paper di Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, pabrik smelter alumina di Ketapang, Kalimantan Barat, pabrik gula di Dompu, Nusa Tenggara Barat, serta pabrik semen di Manokwari, Papua Barat.

Menperin mengungkapkan, industri pengolahan non migas mengalami pertumbuhan sebesar 4,61 persen pada kuartal II tahun 2016 atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sekitar 4,47 persen. Sedangkan, nilai tambah bruto yang dibukukan industri pengolahan non migas pada kuartal II 2016 sebesar Rp565,90 triliun atau 18,33 persen dari PDB.

“Hal ini kembali mengukuhkan sektor Industri Pengolahan Non Migas sebagai penyumbang nilai tambah terbesar terhadap PDB,” jelas Airlangga.

Apabila digabung dengan triwulan sebelumnya, nilai tambah bruto Industri Pengolahan Non Migas selama Januari-Juni 2016 mencapai Rp 1.108,81 triliun atau lebih tinggi dibandingkan Januari-Juni 2015 sebesar Rp919,95 triliun.

Tiga sub sektor penyumbang nilai tambah bruto terbesar pada kuartal II 2016 adalah Industri Makanan dan Minuman sebesar Rp188,23 triliun (6,1 persen terhadap PDB), Industri Alat Angkutan sebesar Rp59,38 triliun (1,92 persen PDB) dan Industri Barang Logam, Komputer, Barang Elektronik, Optik, dan Peralatan Listrik sebesar Rp 59,36 triliun (1,92 persen PDB).

Sementara itu, kontribusi ekspor industri pengolahan non migas periode Januari-September 2016 sebesar 76,5 persen atau tertinggi dibandingkan sektor tambang 12 persen, migas 9 persen, dan pertanian 2,2 persen. Bahkan, sebesar 43 persen total nilai investasi di Indonesia berasal dari sektor industri.

Nilai penanaman modal asing (PMA) di sektor industri pada 2014 mencapai US$13,01 miliar dan 2015 sebesar US$11,76 miliar. Sedangkan, periode Januari-Juni 2016 sebesar US$ 9,32 miliar.

Kemudian, nilai penanaman modal dalam negeri (PMDN) di sektor industri pada 2014 mencapai Rp59,03 triliun dan menjadi Rp89,04 triliun pada 2015 atau tumbuh sebesar 50,84 persen. Sedangkan, periode Januari-Juni tahun ini sebesar Rp50,7 triliun. (ags)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER