Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menilai kebijakan amnesti pajak menghambat laju pertumbuhan industri pada kurtal III 2016. Pasalnya, obral pengampunan pajak membuat pelaku industri untuk sementara memprioritaskan membayar uang tebusan di periode pertama ketimbang menambah investasi.
"Kami menduga ada imbas dari
tax amnesty yang memberikan kontraksi terhadap industri. Karena beberapa pengusaha mungkin menahan diri selama
tax amnesty sehingga ada
capex (belanja modal) yang ditahan dulu," jelas Airlangga di Bina Graha Istana Kepresidenan, Selasa (25/10).
Namun, Politisi Partai Golkar itu meyakini aktivitas industri akan kembali menggeliat pada kuartal terakhir menjelang pergantian tahun. Akselerasi industri di Oktober-Desember 2016 diharapkan mampu mencapai target pertumbuhan manufaktur yang dipatok 5,7 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Airlangga mengatakan meskipun progam amnesti pajak baru akan berakhir pada Maret 2017, tetapi euforianya sudah mulai mereda saat ini. Dengan demikian, para pengusaha di sektor manufaktur kemungkinan besar akan mulai kembali berkonsentrasi pada bisnis utamanya.
"Di akhir tahun, perusahaan publik cenderung memilih untuk melakukan perbaikan produksi sehingga kita melihat akan ada geliat di kuartal IV," kata Airlangga.
Bahkan, ia meyakini dana wajib pajak yang masuk ke dalam negeri berkat amnesti pajak bakal menjadi stimulus bagi industri. Terlebih, pemerintah mendorong agar dana yang direpatriasi oleh peserta tax amnesty mengalir pula ke sektor industri.
Namun, ia memprediksi aliran dana repatriasi ke sektor manufaktur baru akan terjadi pada kuartal I 2017. Apabila dana yang masuk signifikan dan harga gas turun, Airlangga yakin pertumbuhan industri tahun depan akan lebih tinggi dari tahun ini. Sejauh ini, pemerintah masih mengupayakan penurunan harga gas untuk sektor industri menjadi sekitar US$5-US$6 per MMBTU.
(ags)