Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah memasang target setinggi langit untuk nilai perdagangan komoditas antara Indonesia dengan Rusia yang telah terjalin sejak 66 tahun silam, yakni mencapai US$5 miliar sampai akhir tahun 2016.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengungkapkan, target perdagangan ini akan dibidik dengan meningkatkan ekspor komoditas minyak sawit dan turunannya, hasil perikanan, hasil pertanian, serta karet alam.
"Kami minta khusus ke Rusia untuk membuka akses pasar bagi ekspor produk dari Indonesia. Dengan demikian, target perdagangan Indonesia-Rusia senilai US$5 miliar bisa tercapai," ungkap Darmin dalam Forum Bisnis Indonesia-Rusia di Hotel JW Marriott Kuningan, Jakarta, Senin (31/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk sektor pertanian, Darmin meyakini, kedua negara dapat menjalin kerja sama sektor pertanian dengan baik. Pasalnya, kata Darmin, Rusia merupakan salah satu negara yang kuat di bidang pertanian.
"Rusia itu negara yang kuat dalam pertanian, terutama produksi gandum dan beberapa produk pangan. Indonesia sendiri penghasil kelapa sawit sehingga bisa saling kerja sama," jelas Darmin.
Selain itu, Darmin mengatakan, pemerintah akan mengejar target tersebut dengan menawarkan sejumlah proyek infrastruktur strategis di Indonesia kepada para investor Rusia.
Lebih luas, masih soal langkah mengejar target, pemerintah akan membidik pasar Rusia-ASEAN sehingga hal yang dicari Rusia dari negara lain di ASEAN, akan coba dijual oleh Indonesia.
"Kami mengharapkan tidak hanya kerja sama bilateral saja tapi juga regional dan Rusia-ASEAN. Indonesia siap jadi hub kawasan ASEAN," yakin Darmin.
Namun, target bidikan pemerintah boleh jadi tak diimbangi dengan capaian nilai perdagangan Indonesia-Rusia pada periode sebelumnya yang masih jauh dari harapan.
Tercatat, pada semester I tahun 2016 saja, nilai perdagangan Indonesia-Rusia bahkan tak mencapai setengah target. Dalam enam bulan pertama saja, nilai perdagangan baru sebesar US$1,07 miliar.
Bahkan angka ini turun 4,15 persen bila dibandingkan dengan realisasi periode yang sama tahun 2015 sebesar US$1,1 miliar.
Realisasi terasa kian jauh dari target, kala menengok capaian nilai perdagangan kedua negara yang hanya sebesar US$1,98 miliar di sepanjang tahun 2015.
Untuk diketahui, pada tahun 2015 saja, realisasi turun 25 persen bila dibandingkan total nilai perdagangan selama tahun 2014 yang tercatat mencapai US$2,64 miliar.
Meski demikian, Darmin masih optimis, target ini bisa dikejar. Pasalnya, ia menduga, masih belum bergairahnya nilai perdagangan Indonesia-Rusia karena imbas pelemahan ekonomi global dan penurunan harga sejumlah komoditas dunia.
Adapun Darmin memastikan, dengan Forum Bisnis Indonesia-Rusia yang diselenggarakan hari ini, akan mampu meyakinkan investor dan pelaku bisnis Rusia untuk mengembangkan ekspansi bisnisnya dan menyerap semakin banyak produk dari Indonesia.
Diversifikasi Komoditas EksporSementara itu, Denis Manturov, Menteri Perindustrian dan Perdagangan Federasi Rusia menyambut baik ajakan pemerintah Indonesia dalam peningkatan hubungan ekonomi kedua negara.
"Indonesia adalah salah satu mitra strategis di Asia Pasifik. Saya yakin, pertemuan ini akan membawa dampak yang sangat baik antara kedua negara," ungkap Denis.
Namun begitu, Denis membenarkan, tengah terjadi penurunan volume ekspor pada 2015-2016 yang dipengaruhi penurunan harga komoditas dunia.
"Peredaran barang dan ekonomi [antara Indonesia-Rusia] naik 7 persen di Agustus dan ini harus dipertahankan dengan diversifikasi," ujar Denis.
Terkait diversifikasi, Denis menilai, kedua negara dapat meningkatkan ekspor komoditas hasil sektor pertanian dan perikanan.
Pasalnya, selama ini, komoditas utama yang diekspor dari Indonesia ke Rusia merupakan batu bara hingga metal. Namun, kedua komoditas ini kerap terombang-ambing oleh ketentuan harga komoditas dunia.
(gir/gen)