Jakarta, CNN Indonesia -- Mayoritas korporasi semen mengalami penurunan kinerja dalam sembilan bulan tahun ini seiring dengan penyusutan penjualan. Hal itu tercermin dari perolehan laba empat emiten semen nasional.
Penurunan laba terbesar dicatatkan oleh induk perusahaan semen milik negara, PT Semen Indonesia Tbk. Berdasarkan laporan keuangan yang dirilisnya akhir pekan lalu, emiten berkode SMGR ini hanya membukukan laba bersih sebesar Rp2,92 triliun hingga kuartal III 2016 atau turun 8 ,4 persen dibandingkan perolehan laba periode yang sama tahun lalu Rp3,54 triliun.
Menyusutnya laba emiten berkode SMGR ini sejalan dengan pendapatan usaha perseroan yang turun 0,16 persen menjadi Rp19,08 triliun sepanjang Januari-September 2016. Penurunan pendapat itu juga diikuti oleh penurunan beban pokok, dari Rp11,6 triliun per September 2015 menjadi Rp11,5 triliun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nasib serupa juga dialami oleh kompetitor terdekat SMGR, yakni PT Indocement Tungggal Prakarsa Tbk. Laba bersih emiten berkode INTP ini turun 2,2 persen menjadi Rp3,14 triliun per 30 September 2016, melambat 2,2 persen dibandingkan dengan raupan periode yang sama tahun lalu Rp3,14 persen.
Produsen semen terbesar kedua di Indonesia setelah SMGR ini tercatat hanya mampu membukukan pendapatan neto sebesar Rp11,34 triliun, anjlok 12 persen dari pendapatan Januari-September 2015 yang mencapai Rp12,88 triliun.
Penurunan pendapat itu juga diikuti oleh penurunan beban pokok pendapatan menjadi Rp6,6 triliun pada kuartal III 2016 dibandingkan dengan Rp7,13 triliun pada periode yang sama 2015.
BUMN semen lainnya, PT Semen Baturaja (Persero) Tbk juga mengalami penurunan laba sebesar 3,4 persen hingga kuartal III 2016. Perseroan tercatat hanya membukukan laba bersih sebesar Rp174,7 miliar sepanjang Januari-September 2016, lebih rendah dibandingkan dengan peridoe yang sama tahun lalu Rp265 miliar.
Penurunan laba Semen Baturaja itu sejalan dengan meningkatnya beban pokok pendapatan penjualan, dari Rp682,5 miliar pada sembilan bulan pertama tahun lalu menjadi Rp711,25 miliar.
Namun dari sisi penjualan, emiten berkode SMBR ini masih mencatatkan kenaikan tipis, dari Rp1,03 triliun menjadi Rp1,04 triliun.
Pemain industri semen lainnya, PT PT Holcim Indonesia Tbk justru merugi Rp160 miliar sepanjang Januari-September 2016. Rugi bersih emiten berkode SMCB menyusut dibandingkan rugi sebesar Rp372,3 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Anak usaha LafargeHolcim Group yang sebelumnya bernama PT Semen Cibinong Tbk ini, mengalami kerugian akibat lonjakan beban pokok penjualan sebesar 8,5 persen menjadi Rp5,5 triliun.
Sementara dari sisi penjualan, Holcim memperoleh pendapatan sebesar Rp6,9 triliun atau naik dibandingkan dengan perolehan periode yangs ama tahun lalu Rp6,55 triliun.
(ags/gir)