Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bakrie Telecom Tbk kembali menderita kinerja keuangan yang buruk dalam separuh tahun ini. Perusahaan yang sempat dikenal dengan produk Esia ini mencatatkan rugi bersih Rp449,28 miliar, turun dari rugi bersih Rp2,36 triliun pada periode yang sama 2015.
Laporan keuangan Bakrie Telecom pada semester I tersebut terbilang telat disampaikan. Dalam laporannya yang dikutip pada Rabu (2/11), pendapatan usaha bersih perseroan anjlok 71,31 persen menjadi Rp64,87 miliar, dari Rp226,2 miliar.
Rinciannya, pendapatan jasa telekomunikasi jeblok 55,07 persen menjadi Rp126,81 miliar, dari Rp282,28 miliar. Sementara, pendapatan jasa interkoneksi amblas 73,05 persen menjadi Rp15,06 miliar, dari Rp55,91 miliar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untungnya, total beban usaha juga tercatat longsor selama enam bulan pertama 2016 menjadi Rp578,54 miliar, dari Rp1,66 triliun. Pemangkasan karyawan yang dilakukan Bakrie Telecom tercatat berpengaruh signifikan dalam penurunan beban usaha.
Beban karyawan tercatat amblas 67,39 persen menjadi Rp47,45 miliar, dari Rp145,55 miliar. Dari jumlah tersebut, beban gaji mendominasi dengan besaran Rp45,99 miliar.
Tak hanya itu, beban umum dan administrasi juga berkontribusi besar dalam pemangkasan total beban usaha. Beban umum dan administrasi longsor 88,2 persen menjadi Rp15,63 miliar, dari Rp132,54 miliar. Dalam pos tersebut, beban jasa profesional tercatat amblas 94,05 persen menjadi Rp3,88 miliar, dari Rp65,27 miliar.
Angin segar dalam kinerja keuangan juga berhembus dari munculnya laba selisih kurs bersih sebesar Rp439,1 miliar, berbalik dari rugi kurs Rp455,56 miliar. Hal itu menciptakan penghasilan lain-lain bersih Rp44,14 miliar, berbalik dari beban lain-lain Rp848,33 miliar.
Dari sisi total aset, Bakrie Telecom mencatatkan nilai Rp1,98 triliun per Juni 2016, anjlok dari Rp2,41 triliun pada akhir Desember 2015. Sementara, total liabilitas atau kewajiban perusahaan lebih besar dari aset, sebesar Rp14,95 triliun, naik tipis dari Rp14,92 triliun.
Sebelumnya, manajemen Bakrie Telecom menyatakan telah memangkas hingga 500 karyawan sejak tahun lalu hingga awal 2016 ini. Perseroan masih mengkaji pemangkasan lanjutan setelah rencana penerbitan obligasi wajib konversi senilai Rp7,6 triliun disetujui pemegang saham.
Wakil Presiden Direktur Bakrie Telecom Taufan Rotorasiko mengatakan pada tahun lalu manajemen memang melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) karena kondisi keuangan perusahaan yang buruk.
“Sejak kemarin (tahun lalu) sudah kami kurangi karyawan. Tapi esensinya lebih kesepakatan bersama. Kemarin sekitar 500-an orang telah dikurangi,” ungkapnya awal tahun ini.
Tak hanya itu, Bakrie Telecom terpaksa bermanuver untuk menerbitkan obligasi wajib konversi senilai total Rp7,6 triliun demi membayar utang perseroan yang menumpuk hingga Rp11,6 triliun. Nantinya kreditur memperoleh obligasi yang ditukar dengan saham tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD).
Hal itu diusulkan manajemen setelah kreditur utang Bakrie Telecom membawa masalah tersebut ke pengadilan hingga perseroan mengajukan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) demi mencegah perusahaan dari kebangkrutan.
(gir/gen)