Menko Darmin Tak Mau Lagi Dipusingkan Suku Bunga The Fed

Yuliyanna Fauzi | CNN Indonesia
Kamis, 03 Nov 2016 15:41 WIB
Naik atau turunnya suku bunga The Fed, seolah menjadi kompas maju atau mundurnya perekonomian Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.
Naik atau turunnya suku bunga The Fed, seolah menjadi kompas maju atau mundurnya perekonomian Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. (CNN Indonesia/Christie Stefanie)
Jakarta, CNN Indonesia -- Selama beberapa tahun terakhir pemerintah dan Bank Indonesia (BI) selalu mempertimbangkan keputusan penetapan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserves (Fed) sebagai salah satu faktor penentu pengambilan kebijakan ke depan.

Naik atau turunnya suku bunga The Fed, seolah menjadi kompas maju atau mundurnya perekonomian Indonesia.

Namun, kali ini Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution memberikan pandangan yang berbeda.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Kenapa jadi pusing. Kita sudah jalani ini selama berbulan-bulan, selama bertahun-tahun bahkan. Tidak ada apa-apa kok. Jangan terlalu menganggap bahwa ini adalah masalah yang bisa mengacaukan kita," ujar Darmin di kantornya, Kamis (3/11).

Darmin mengklaim, perekonomian Indonesia tetap akan melaju sesuai dengan target yang telah ditetapkan pemerintah dan tak akan mendapat gangguan yang signifikan dengan ketidakpastian suku bunga The Fed.

Pasalnya, saat ini kata Darmin, perekonomian Indonesia tengah berada pada kondisi yang cukup baik bila dibandingkan dengan kondisi ekonomi pada enam bulan sampai 10 bulan yang lalu.

"Waktu enam bulan sampai 10 bulan yang lalu, kita memang lebih sensitif. Tapi setelah dua sampai tiga kali, memang kebetulan baru sekali yang naik. Tapi setelah dilihat, naik pun tidak ada apa-apa kok," jelas Darmin.

Darmin meyakini, bila The Fed tetap menaikkan tingkat suku bunganya, maka kenaikannya tidak akan terlalu tinggi. Bahkan Darmin memprediksi, kenaikan hanya sekitar 0,25 persen.

Sebagai informasi, The Fed masih mempertahankan suku bunganya di level 0,25 - 0,5 persen yang dilakukan sebelum pemilihan Presiden AS pada pekan depan. Adapun kenaikan suku bunga The Fed disinyalir akan terjadi pada Desember mendatang.

Ekonomi AS Tak Siap

Darmin memperkirakan, kenaikan tingkat suku bunga acuan The Fed baru akan terjadi saat Janet Louise Yellen dan sesama koleganya meyakini bahwa perekonomian AS sudah cukup membaik.

"Artinya dia (The Fed) melihat bahwa Amerika tidak siap. Artinya ekonomi dia belum siap. Dia akan naikkan itu kalau ekonomi cukup baik. Itu sudah pasti, dia tidak naikkan karena ekonomi dia tidak cukup baik," papar Darmin.

Adapun belum stabilnya perekonomian AS, lanjut Darmin, terlihat dari belum membaiknya data ketenagakerjaan dan tingkat inflasi negara Barrack Obama.

"Sekarang inflasinya rendah sekali. Kalau rendah berarti memang ekonominya tidak ada, demand-nya tidak cukup. Kalau dia sampai dua persen saja inflasinya, kemudian jumlah kesempatan kerja yang tercipta adalah positif, dia pasti naikkan (suku bunga)," tutur Darmin.

Peluang Indonesia

Mantan Gubernur BI ini memprediksi, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cukup stabil dapat memicu tingkat inflasi yang terjaga sampai akhir tahun.

"Saya malah bilang bahwa inflasi kita tahun ini itu akan di bawah 3 persen, bisa-bisa hanya di 2,5 persen," ucap Darmin.

Dengan tingkat inflasi yang terjaga bahkan di tingkat yang rendah ini, lanjut Darmin, tentu akan memberikan peluang-peluang baru, berupa pelonggaran suku bunga acuan dari BI.

"Nah, itu artinya apa (inflasi rendah), itu artinya peluang untuk menurunkan (suku bunga) lebih lanjut terbuka," tutup Darmin. (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER