Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) menilai penurunan suku bunga kredit belum turun sesuai ekspektasi karena perbankan dihadapkan pada risiko kredit macet yang meningkat. Hal ini memaksa perbankan menambah dana cadangan risiko sehingga sulit untuk memangkas bung akredit.
Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan, bunga kredit bank hingga Oktober 2016 baru turun 60 basis poin. Padahal pelonggaran moneter sudah dilakukan bank sentral dengan memangkas bunga acuan hingga 150 basis poin sejak awal tahun. Sementara itu, suku bunga deposito mendekati efektivitas transmisi dengan penurunan 108 basis poin.
"Jadi biaya dana (
cost of fund) sudah turun, cuma suku bunga kredit belum turun karena bank naikkan pencadangan," ujarnya, Kamis (3/11) dikutip dari Antara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, kualitas kredit sejumlah bank menurun hingga kuartal III 2016 seiring dengan meningkatnya rasio kredit bermasalah atau
non performing loan (NPL). Mengingat masih ada potensi kenaikan NPL di sisa tahun, beberapa perbankan menambah biaya pencadangan (
coverage ratio) untuk memitgasi dampak negatif dari risiko tersebut.
Untuk faktor kedua, Perry menilai, permintaan kredit dari debitur swasta belum menggeliat hingga akhir September. Dia menilai, hal ini terkait dengan utilisasi investasi dari sektor swasta yang saat ini masih 76 persen. Idealnya, utilisasi investasi swasta sudah di atas 85 persen memasuki kuartal terakhir.
"Itu kondisi yang akan terjadi, belum sekarang, tapi kami lihat ada indikasi bahwa sejumlah korporasi swasta mulai menambah investasinya, terlihat dari impor non migas tumbuh positif karena impor bahan baku dan barang modal," kata Perry.
Pada September 2016, lanjutnya, kredit perbankan hanya tumbuh 6,4 persen secara tahunan. Pertumbuhan itu lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan Agustus 2016 yang sebesar 6,8 persen (
year on year).
Meskipun hingga September 2016, pertumbuhan kredit belum menunjukkan perbaikan, BI masih mempertahankan proyeksi pertumbuhan kredit bank di kisaran 7-9 persen.
(ags)