Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) membukukan laba bersih sebesar Rp1,39 triliun pada kuartal III 2016, naik 1,5 persen dibandingkan dengan perolehan laba periode yang sama tahun lalu. Pada kuartal III 2015, laba bersih perseroan minus 3 persen setelah hanya meraup Rp1,37 triliun.
“Jika tidak memperhitungkan nilai investasi baru sebesar Rp353 miliar, sejatinya laba kami bertumbuh 16 persen menjadi Rp1,7 triliun. Kami optimistis kinerja BTPN akan semakin baik ke depannya,” ujar Direktur Utama BTPN Jerry Ng melalui keterangan resmi, Kamis (27/10).
Jerry menjelaskan, raupan laba yang tak sebesar harapan disebabkan membengkaknya beban operasional BTPN sejalan dengan investasi besar-besaran di lini bisnis digital.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Jerry, BTPN sejak tiga tahun lalu mengembangkan dua platform digital banking dalam skala yang signifikan. Untuk mengembangkan layanan digital tersebut, selama Januari hingga September 2016, BTPN telah mengalokasikan dana sebesar Rp353 miliar untuk investasi. Investasi ini meningkat 326 persen dibandingkan dengan nilai investasi periode yang sama tahun lalu sebesar Rp83 miliar.
“Belanja teknologi ini tentu saja mengerek beban operasional, tapi kami optimistis investasi ini akan memberikan dampak positif dan signifikan bagi perusahaan di masa mendatang,” katanya.
Sementara itu, Jerry mengungkapkan pertumbuhan kredit BTPN sebesar 10 persen pada kuartal III 2016. Total penyaluran kredit BTPN hingga akhir September 2016 tercatat sebesar Rp62,6 triliun, meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp56,9 triliun.
Pertumbuhan tersebut ditopang oleh penyaluran kredit ke segmen UMKM yang mencapai Rp16,3 triliun atau tumbuh 7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp15,2 triliun, dan pembiayaan prasejahtera produktif melalui BTPN Syariah yang tumbuh 41 persen (yoy) dari Rp3,2 triliun menjadi Rp4,5 triliun pada akhir September 2016.
Kendati demikian, lanjutnya, perseroan menyalurkan kredit secara berhati-hati sehingga rasio kredit bermasalah atau
Non Performing Loan (NPL) mampu dijaga di level yang rendah, yakni 0,8 persen.
“Pertumbuhan kredit sebesar 10 persen dengan NPL terjaga di 0,8 persen mencerminkan kami masih ekspansif, tetapi tetap menjaga kualitas kredit yang disalurkan,” kata Jerry Ng.
Dari sisi pendanaan (
funding), total pendanaan BTPN meningkat 5 persen, dari Rp65,2 trilun pada akhir September 2015 menjadi Rp68,8 triliun pada akhir September 2016. Dari jumlah tersebut, komposisi dana pihak ketiga (DPK) mencapai Rp65,2 triliun atau naik 10 persen dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp59,1 triliun. Sedangkan komposisi pinjaman bilateral dan obligasi mencapai Rp3,5 triliun.
Alhasil, aset BTPN ikut naik 7 persen menjadi Rp86,1 triliun dari Rp80,1 triliun pada akhir September 2015. Adapun rasio kecukupan modal
(capital adequacy ratio/CAR) perseroan tercatat sebesar 24,8 persen.
(ags)