Jakarta, CNN Indonesia -- Kinerja pertumbuhan kredit perbankan masih mengalami perlambatan selama September 2016. Hingga akhir bulan ke sembilan, Bank Indonesia (BI) mencatat perbankan nasional menyalurkan kredit sebesar Rp4.234,9 triliun atau hanya tumbuh 6,4 persen jika dibanding September tahun lalu.
Namun jika dibandingkan dengan penyaluran kredit Agustus 2016, kinerja tersebut mengalami penurunan 0,02 persen dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 6,8 persen.
Berdasarkan jenis penggunaan, perlambatan kredit terutama dalam bentuk kredit modal kerja (KMK) sebesar Rp1.907 triliun yang hanya tumbuh 4,5 persen, melambat dibanding bulan sebelumnya 4,1 persen. Serta perlambatan kredit investasi (KI) yang hanya mencapai Rp1.067 triliun atau 9,3 persen, turun dari bulan sebelumnya yang mencapai 9,5 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perlambatan kredit ini juga mempengaruhi pertumbuhan uang beredar di masyarakat. Di samping itu penurunan volume uang beredar juga dipengaruhi oleh kontraksi operasi keuangan pemerintah pusat.
Hal itu tercermin dari meningkatnya simpanan pemerintah pusat di kas bank sentral yang tumbuh 55,6 persen (yoy), berkebalikan dengan bulan sebelumnya yang turun sebesar 0,5 persen (yoy). Kenaikan simpanan tersebut dinilai sebagai akibat dari penerimaan dana tebusan tax amnesty yang belum digelontorkan kembali dalam bentuk belanja pemerintah.
Kredit UMKMSementara itu, pertumbuhan kredit untuk segmen Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) justru mencatatkan pertumbuhan. Tercatat pertumbuhan kredit UMKM selama September meningkat jadi 9,3 persen dibanding Agustus yang hanya 8,9 persen.
Sebelumnya Deputi Gubernur Bank Indonesia Erwin Rijanto menilai pertumbuhan kredit tahun ini akan berada di batas bawah proyeksi bank sentral yang sebesar 7-9 persen.
Di sisa kuartal terakhir tahun ini, Erwin memprediksi perbankan masih akan sedikit mengerem laju pertumbuhan kredit mengingat masih tingginya rasio kredit bermasalah (
non performing loan/NPL) sepanjang tahun ini.
Dari sisi permintaan, ia memperkirakan sejumlah korporasi lebih memprioritaskan kewajiban pembayaran utang dibandingkan menarik pinjaman bank untuk ekspansi bisnisnya.
"Saya rasa tidak akan seperti tahun lalu, kalau tahun lalu di kuartal IV itu mereka mengejar semuanya, kalau kita lihat di sektor korporasi pun itu mereka banyak yang membayar utang sebelum jatuh tempo," kata Erwin kepada CNNIndonesia.com.
Sejalan dengan perlambatan kredit, Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun perbankan juga tercatat melambat dari 6,7 persen menjadi 4,0 persen pada September 2016. Perlambatan tersebut disumbang oleh penurunan jumlah deposito dan tabungan yang masing-masing turun dari 4,6 persen dan 14,6 persen menjadi 2,7 persen (
year on year/yoy) dan 11,5 persen (yoy).
Sementara itu giro turun sebesar 3,1 persen (yoy) pada September 2016 yang bulan sebelumnya tumbuh sebesar 0,8 persen.
(gen)