Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bakal menggenjot belanja pemerintah di kuartal IV 2016. Hal itu dilakukan demi mengejar target pertumbuhan ekonomi 5,2 persen dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2016.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melansir pertumbuhan belanja pemerintah pada kuartal III 2016 minus 2,97 persen (
year on year/yoy) akibat pemangkasan dan penundaan pencairan anggaran belanja negara sebesar Rp137,6 triliun yang diumumkan Agustus lalu.
Kebijakan itu menjadi konsekuensi dari penerimaan negara yang diperkirakan meleset (
shortfall) sebesar Rp219 triliun, di mana Rp218 triliunnya diantaranya berasal dari penerimaan pajak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Faktor belanja pemerintah diharapkan akan lebih positif karena ada akselerasi belanja kita, seperti biasa, di kuartal keempat,” tutur Sri Mulyani, kemarin.
Berdasarkan data Kemenkeu, realisasi belanja per akhir Oktober sebesar Rp1.455,1 triliun atau sekitar 69,9 persen dari target dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2016, Rp2.082,9 triliun, atau 75 persen dari target revisi, Rp1.932,9 triliun
Hingga akhir tahun, mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini optimistis realisasi belanja negara bisa mencapai 95 persen dari target revisi.
“Hal ini menjadi faktor positif baik untuk konsumsi maupun Pembentukan Modal Tetap Bruto atau investasi,” ujarnya.
Selain belanja negara, lanjut Sri Mulyani, pemerintah juga akan memanfaatkan momentum naiknya peringkat kemudahan berusaha (ease of doing business) Indonesia dari peringkat 109 menjadi 91 untuk menciptakan kepercayaan pasar dalam berinvestasi. Hal itu juga didukung oleh sentimen positif atas komitmen reformasi struktural pemerintah dan besarnya potensi pasar di Indonesia.
Sementara, sektor ekspor-impor pada kuartal IV 2016 diperkirakannya masih akan tumbuh minus seiring belum pulihnya perekonomian global. Namun, Sri Mulyani berharap kontraksinya tidak sebesar kuartal lalu di mana ekspor dan impor masing-masing terkontraksi sebesar 6 persen dan 3,87 persen.
“Pada level pertumbuhan ekspor-impor yang mendekati nol, saya rasa itu akan mengurangi efek pelemahan dalam ekonomi,” ujarnya.
Pemerintah sendiri memperkirakan ekonomi tahun ini bakal tumbuh di kisaran 5-5,1 persen. Dengan realisasi pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2016 sebesar 5,02 persen (yoy), pertumbuhan ekonomi kuartal IV 2016 setidaknya harus 4,9 persen untuk mencapai target APBNP.
(gen)