Sri Mulyani Siapkan Antisipasi Terburuk Hasil Pilpres AS

Yuliyanna Fauzi | CNN Indonesia
Selasa, 08 Nov 2016 14:58 WIB
Pilihan warga AS atas pengganti Barrack Obama plus rencana The Fed menaikkan suku bunga di ujung tahun, memunculkan sejumlah tantangan baru bagi Indonesia.
Pilihan warga AS atas pengganti Barrack Obama plus rencana The Fed menaikkan suku bunga di ujung tahun, memunculkan sejumlah tantangan baru bagi Indonesia. (ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku sudah menyiapkan berbagai antisipasi atas hasil akhir pengambilan suara pemilihan presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS) yang digelar dini hari nanti. Menurutnya, pilihan warga AS atas pengganti Presiden Barrack Obama ditambah rencana The Federal Reserve menaikkan suku bunga di ujung tahun, akan memunculkan sejumlah tantangan baru bagi Indonesia.

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia menilai dua faktor eksternal tersebut akan menimbulkan ketidakpastian bagi ekonomi dunia, termasuk Indonesia.

“Ketidakpastian yang berasal dari luar negeri, apakah kebijakan The Fed atau Pemilu di negara lain, tentu harus diantisipasi oleh kita dari semua sektor,” kata Sri Mulyani, Selasa (8/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Oleh karena itu sebagai bendahara negara, ia mengaku tidak ingin tergiring oleh prediksi hasil pilpres terlalu dalam. Karena menurut Sri Mulyani, hal tersebut justru akan memberi dampak cukup besar bagi ekonomi Indonesia apabila tidak sesuai dengan ekspektasi.

“Hasil ini akan berpengaruh dari sisi ekspor atau impor, dari sisi arus modal, yang semua itu akan mempengaruhi nilai tukar. Pemerintah akan melihat bagaimana upaya menetralisir dan memperkuat ekonomi Indonesia,” tegasnya.

Sebaliknya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution berharap tidak banyak kejutan yang muncul dari hasil pilpres AS. Darmin lebih memilih untuk berpegang pada hasil survei terakhir yang menyebutkan peluang menang Hillary Clinton lebih besar dibandingkan Donald Trump.

"Mudah-mudahan tidak ada surprise," ujar Darmin.

Bekas Gubernur Bank Indonesia menambahkan, kerja sama bilateral di bidang ekonomi antara Indonesia dan AS sejauh ini sudah sangat baik. Terlebih, AS merupakan salah satu negara penyerap hasil produk ekspor Indonesia. Oleh karena itu, ia tidak ingin presiden AS terpilih diluar perkiraan yang justru akan mengganggu kerja sama antar kedua negara.

CT Tolak Trump

Sementara Pengusaha Chairul Tanjung (CT) menegaskan, sentimen pelaku pasar modal negara Paman Sam atas pilpres AS bisa terbaca dengan jelas dalam masa kampanye beberapa waktu terakhir.

Pria yang juga pernah menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian mengatakan, New York Stock Exchange (NYSE) sempat memerah selama delapan hari berturut-turut karena kekhawatiran Donald Trump terpilih sebagai suksesor Obama.

“Saham langsung turun di NYSE karena khawatir Trump jadi presiden,” kata CT.

Pemilik CT Corp mengamini bahwa negara-negara lain masih menjadikan AS sebagai salah satu kutub ekonomi dunia.

"Amerika hanya satu-satunya engine ekonomi dunia yang mesinnya relatif masih baik. Eropa atau Jepang belum pulih. Kesimpulannya ekonomi dunia kehilangan engine of growth-nya dan mengakibatkan dunia mengalami permasalahan pertumbuhan ekonomi," tutup CT. (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER