Ciawi, CNN Indonesia -- El Nino yang terjadi pada 2015 dinilai masih memberi dampak buruk bagi kinerja PT Astra Agro Lestari Tbk tahun ini. Sampai semester III 2016, pendapatan Astra Agro turun 7,4 persen menjadi Rp9,58 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp10,34 triliun.
Merosotnya pendapatan emiten berkode saham AALI disebabkan oleh penurunan produksi
crude palm oil (CPO) yang menjadi dagangan utama perusahaan. Produksi CPO turun 18,5 persen menjadi 1,04 juta ton, dibandingkan tahun lalu sebesar 1,28 juta ton.
"Sumatera masih jadi penyumbang paling besar produksi CPO kami, sampai 39,4 persen. Penurunan ini akibat el Nino sejak 2015. Selain itu sawit di Kalimantan masih tergolong muda," kata Rudy Limardjodi, Investor Relation Astra Argo Lestari saat memaparkan kinerja kuartal III perusahaannya di Ciawi, Jawa Barat, Jumat (11/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wilayah perkebunan Astra Agro lainnya yang menyumbang produksi besar adalah Kalimantan sebanyak 377 ribu ton, setara 37,3 persen dari total produksi. Selanjutnya Sulawesi yang memproduksi 228 ribu ton dengan kontribusi 23,3 persen dari seluruh total produksi.
Menurut Rudy, ketiga wilayah tersebut masing-masing memang mengalami penurunan produksi bila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu. Kibasan El Nino disebutnya telah menyebabkan kekeringan cukup parah yang mengganggu produksi kebun sawit perusahaan.
Alat BeratHal tersebut berimbas pada lini bisnis grup Astra lainnya yang banyak bersinggungan dengan perkebunan, salah satunya adalah PT United Tractors Tbk (UNTR).
Bisnis distributor perusahaan alat berat dan kendaraan besar seperti Komatsu, Scania, Bomag, Tadano, dan UD Truck itu tumbang sepanjang tahun ini akibat lesunya bisnis perkebunan dan pertambangan.
Sejak 2011, penjualan Komatsu yang sempat menyentuh angka 8,467 unit harus terpuruk di tahun ini menjadi 1.588 unit.
Hal tersebut disebabkan oleh bisnis pertambangan batubara yang turun drastis, seiring harga batubara yang terjun bebas dalam tiga tahun terakhir.
"Pertambangan sangat turun, termasuk penjualan. Kami akan mengalihkannya ke
product support, seperti jasa tambang, dan lainnya. Laba bersih 2016 hingga September 2016 ada di Rp40 miliar, yang tumbuh itu di sektor konstruksi," kata Sekretaris Perusahaan United Tractors Sarah Lubis.
Secara umum pendapatan bersih selama sembilan bulan pertama 2016 turun 11 persen menjadi Rp33,9 triliun dibanding tahun lalu, disumbang 31 persen mesin konstruksi, 52 persen kontrakor pertambangan, 13 persen pertambangan dan industri konstruksi 4 persen.
(gen)