Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak mentah global melonjak 6 persen pada hari Selasa (15/11) seiring dengan menguatnya ekspektasi pemangkasan produksi oleh Negara-Negara Pengekspor Minyak Dunia (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) pada akhir Desember. Kenaikan ini merupakan pertumbuhan harga tertinggi dalam tujuh bulan terakhir.
Dikutip dari Reuters, Sekretaris Jenderal OPEC, Mohammed Barkindo menyatakan akan berkeliling ke beberapa negara, termasuk Iran dan Venezuela, untuk mendiskusikan menyatukan suara dalam pertemun OPEC pada 30 November mendatang.
Dalam pertemuan sebelumnya di Algiers, Aljazair, September lalu, negara-negara OPEC telah menyetujui garis besar kesepakatan untuk mengendalikan harga minyak. Namun, ketidaksepahaman antaranggota justru muncul setelahnya atau dua pekan menjelang pertemuan yang akan dihelat di Wina, Austria.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menteri Energi Arab Saudi, Khalid al-Falid juga dijadwalkan berkunjung ke Doha, Qatar untuk bertemu dengan negara-negara penghasil minyak, termasuk Rusia, di sela-sela sebuah forum energi.
Hasilnya, harga minyak West Texas Intermediaries (WTI) CLc1 ditutup menguat US$2,49 ke angka US$45,81 per barel. Kenaikan sebesar 5,8 persen ini adalah kenaikan tertinggi sehak awal April lalu.
Sementara itu, harga Brent LCOc1 ditutup di angka US$46,95 per barel, atau meningkat 5,7 persen.
Namun, harga kembali melemah pasca penutupan pasar setelah adanya laporan dari American Petroleum Institute (API) yang menyebut bahwa persediaan minyak mentah meningkat 3,6 juta barel pada pekan lalu. Angka ini lebih tinggi dibanding perkiraan analis sebesar 1,5 juta barel.
Di samping itu, harga minyak juga kembali tertekan akibat adanya serangan terhadap pipa minyak Nembe Creek Trunk Line di Nigeria.
(ags)