Di Tangerang, Warga Gadaikan KTP Sampai SIM untuk Beli Bensin

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Senin, 21 Nov 2016 14:21 WIB
Menurut informasi yang dihimpun YLKI, kebanyakan konsumen ini tidak memiliki uang untuk membeli BBM sehingga mau tak mau menggadaikan KTP.
Menurut informasi yang dihimpun YLKI, kebanyakan konsumen ini tidak memiliki uang untuk membeli BBM sehingga mau tak mau menggadaikan KTP. (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)
Jakarta, CNN Indonesia -- Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menemukan banyaknya konsumen yang menggadaikan Kartu Tanda Penduduk (KTP) untuk membeli Bahan Bakar Minyak (BBM) di beberapa Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang dikelola PT Pertamina (Persero).

Staf Peneliti YLKI Natalia Kurniawati mengatakan, fenomena itu secara tidak sengaja ditemukan ketika instansinya melakukan penelitian terkait ketepatan selang pompa (nozzle) BBM di salah satu SPBU di Tangerang.

Menurut informasi yang dihimpun dari petugas SPBU, kebanyakan konsumen ini tidak memiliki uang untuk membeli BBM sehingga mau tak mau menggadaikan KTP.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun menurutnya, tak hanya KTP saja yang digadaikan. Surat Izin Mengemudi (SIM) hingga ponsel pun dijaminkan warga agar kendaraan yang dimilikinya kenyang bensin.

"Ini fenomena yang cukup unik, di mana banyak orang gadai KTP buat bayar bensin," jelas Natalia, Senin (21/11).

Sayang, langkah yang dilakukan masyarakat ini terbilang merugikan pengusaha SPBU. Pasalnya, beberapa KTP atau SIM yang digadaikan tersebut sudah melewati periode aktifnya. Akibatnya, banyak masyarakat yang akhirnya tidak kembali lagi ke SPBU untuk melunasi janjinya membayar bensin yang dibawanya pulang.

"Ternyata tidak hanya fasilitas SPBU-nya saja yang perlu diperbaiki, namun perilaku konsumen juga perlu dilakukan hal yang sama," terang Natalia.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) Syarief Hidayat menyebut jika aksi gadai KTP untuk beli BBM ini sudah berlangsung cukup lama. Namun menurutnya, aksi ini sulit untuk dicegah karena konsumen baru mengatakan tak punya uang setelah bensin diisikan ke kendaraannya.

Hasilnya, pengusaha kerap merugi akibat banyaknya konsumen yang tidak kembali lagi ke SPBU untuk membayar BBM. Gerah dengan perilaku masyarakat, akhirnya pengusaha menemukan cara ampuh dalam menghadapi aksi gadai ini.

"Silahkan saja kalau mau gadai, tapi beberapa supervisor hanya mau menerima jaminan ban cadangan (ban serep) karena mencari penggantinya susah. Kalau velg-nya racing, pasti mahal banget dan susah mencarinya, mending itu saja yang digadaikan. Kalau KTP atau SIM kan tinggal bikin surat kehilangan ke polisi dan bisa bikin yang baru kan," jelas Syarief.

Ia melanjutkan, sampai saat ini asosiasi belum memberi imbauan kepada pelaku usaha SPBU di dalam menanggapi aksi ini. Namun setidaknya, pengusaha telah meminta perbankan untuk mengimbau konsumen untuk membayar bensin secara non-tunai agar masyarakat tak bisa berkutik jika ditagih bayaran.

"Di samping itu, transaksi non-tunai di SPBU di Indonesia masih rendah, yaitu baru 20 persen dari seluruh transaksi di SPBU. Padahal, transaksi non-tunai di luar negeri sudah mencapai 50 persen. Memang harusnya mengarah ke situ, biar masyarakat tidak lagi bilang tidak bisa bayar BBM karena tidak ada uang cash," pungkas Syarief. (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER