Jakarta, CNN Indonesia -- Bank penerbit kartu kredit meminta penurunan bunga dilakukan secara bertahap, menyusul rencana Bank Indonesia (BI) menurunkan bunga dari 2,95 persen per bulan menjadi 2,25 persen.
Bank-bank penerbit kartu kredit menilai penurunan bunga sebanyak 70 basis poin (bps) per bulan mengancam pertumbuhan pendapatan dari lini bisnis tersebut. Terutama bagi bank-bank yang mengandalkan pendapatannya dari bunga.
Steve Marta, General Manager Asosiasi Kartu kredit Indonesia bilang, kebanyakan bank-bank penerbit kartu kredit masih mengandalkan bunga untuk menggemukkan pendapatannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Saat ini, anggota AKKI masih berhitung dampak penurunan bunga kartu kredit terhadap pendapatan mereka. Yang pasti, dampaknya berbeda-beda. Bagi bank dengan perilaku nasabah
revolver, jelas terdampak,” ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Kamis (8/12).
Adapun, perilaku nasabah
revolver adalah ketika nasabah hanya membayar sebagian dari tagihan. Sehingga, tagihan yang tersisa mengendap dan dikenakan bunga. Berbeda apabila nasabah menggunakan kartu kredit hanya untuk transaksi, yang selalu membayar lunas seluruh tagihannya.
AKKI mencatat, dari sekitar 17 juta kartu kredit beredar saat ini, cuma 30 persen-35 persen saja nasabah yang membayar lunas tagihannya. Sedangkan, perilaku
revolver mendominasi sebanyak 65 persen-70 persen.
Direktur Perbankan Ritel Bank Mandiri Tardi mengakui hal itu. Menurut dia, penurunan bunga kartu kredit sebanyak 70 bps akan memangkas keuntungan perseroan.
“Kalau turunnya 70 bps,
profit-nya turun besar,” terangnya.
Padahal, lanjutnya, pertumbuhan bisnis kartu kredit Bank Mandiri saat ini sudah tidak terlalu menggembirakan. Diperkirakan, pendapatannya dari lini kartu kredit hanya akan tumbuh 1 hingga 2 persen hingga akhir tahun nanti.
Setali tiga uang, Direktur Bank Mega Dodit W. Probojakti menjelaskan, pendapatan perseroan akan tertekan karena upaya BI menggunting bunga kartu kredit. Harap maklum, lebih dari separuh nasabahnya merupakan revolver dalam penggunaan kartu kredit.
Menurut Direktur BCA Santoso, penurunan bunga kartu kredit sudah pasti akan menekan kantong pendapatannya. Namun, ia menilai, penurunan tersebut wajar, mengingat tren suku bunga mulai menciut.
“Lagipula, ini sudah lama diwacanakan oleh BI. Mulanya dari 3,25 persen di 2013 turun menjadi 2,95 persen. Ya, saya kira, memang sudah saatnya sekarang ini. Tentu, pelaku harus mempersiapkan. Kalau bisa sih, jangan langsung turun, tetapi bertahap,” katanya.
Dongkrak TransaksiDirektur Departemen Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pembayaran BI Farida Peranginangin mengungkapkan, setelah aturan mainnya terbit, BI akan memberlakukan masa transisi selama enam bulan bagi bank untuk menyesuaikan dan mengubah rencana bisnis, termasuk perubahan perhitungan keuntungan.
Ia optimistis, penurunan batas maksimum bunga kartu kredit tak akan secara kentara menggunting pendapatan bank. Bahkan, menurutnya, bunga yang lebih rendah diperkirakan mendorong pengguna kartu meningkatkan transaksinya.
Dodit sepakat dengan hal itu. Ia bilang, potensi penurunan pendapatan dapat dikompensasikan dengan mendorong transaksi pengguna kartu.
“Kami akan membangunkan pengguna kartu, terutama mereka yang tercatat tidak aktif atau transaksi terakhirnya 3, 6, 9, 12 bulan lalu,” imbuhnya.
Tak cuma itu, sambung dia, perusahaannya juga akan merilis promo-promo menarik bagi pengguna kartu kredit yang bertransaksi di
merchant-merchant dari grup perusahaan.
Direktur BNI Anggoro Cahyo berharap, penurunan bunga akan mendongkrak transaksi dan mengubah perilaku belanja non tunai. Sehingga, pada akhirnya akan mendorong permintaan kartu kredit baru. Dengan catatan, infrastruktur bank penerbit kartu siap menjadi pionir dan
market mover penurunan bunga.
“Bergantung juga strategi bisnis masing-masing bank dalam penetrasi pasar. Apakah sebagai
defender (posisi bertahan) atau
challenger (penantang), merujuk pada penguasaan pangsa pasarnya,” ungkapnya.