Setya Novanto Sebut Ekonomi Bisa Tumbuh 5,2 Persen

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Kamis, 15 Des 2016 11:32 WIB
Partai Golongan Karya (Golkar) optimistis ekonomi dalam negeri pada 2017 bisa tumbuh lebih tinggi dari target pemerintah sebesar, 5,1 persen.
Partai Golongan Karya (Golkar) optimistis ekonomi dalam negeri pada 2017 bisa tumbuh lebih tinggi dari target pemerintah sebesar, 5,1 persen. (CNN Indonesia/Christie Stefanie)
Jakarta, CNN Indonesia -- Partai Golongan Karya (Golkar) optimistis tahun depan perekonomian Indonesia bisa tumbuh 5,2 persen. Angka ini lebih tinggi dibandingkan target pertumbuhan ekonomi pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017, 5,1 persen.

"[Target ekonomi pemerintah tahun 2017] ini merupakan target yang realistis dan berbagai prediksi pun mengatakan memang pertumbuhan akan berkisar di angka 5,1 persen. Namun demikian, Partai Golkar optimistis bahwa pertumbuhan ekonomi tahun depan akan bisa mencapai minimal 5,2 persen," tutur Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar dalam Indonesia Economic Outlook 2017 Partai Golkar di Hotel Mulia, Kamis (15/12).

Setya mengungkapkan optimisme tersebut dipicu oleh beberapa faktor. Pertama, adanya perluasan basis pajak sebagai dampak dari program amnesti pajak.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kedua, pembangunan infrastruktur yang dalam pemerintahan ini menjadi prioritas pemerintah untuk mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi di berbagai wilayah, "ujarnya.

Berikutnya, pemerintah juga telah merilis paket deregulasi kebijakan yang dipercaya akan memperbaiki iklim investasi di Indonesia.

"Pada akhirnya, hal ini akan meningkatkan sumber pembiayaan pembangunan," ujarnya.

Terakhir, keyakinan konsumen hingga kini masih terjaga sehingga pertumbuhan konsumsi rumah tangga diharapkan bisa meningkat.

Lebih lanjut, Setya juga mengingatkan bahwa pertumbuhan ekonomi harus memiliki dimensi keadilan. Artinya, pertumbuhan ekonomi harus bisa melibatkan dan dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat, terutama lapisan masyarakat paling bawah.

Di lain sisi, pertumbuhan ekonomi sektor-sektor yang banyak menyerap tenaga kerja dalam beberapa waktu terakhir ada di bawah angka pertumbuhan ekonomi nasional. Akibatnya, perbaikan kesenjangan ekonomi Indonesia masih terhambat.

Waspada Deindustrialisasi

Disebutkan Setya, per kuartal III 2016, pertumbuhan sektor pertanian - berkontribusi 14 persen pada Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dan bisa menyerap 32 persen tenaga kerja- hanya sekitar 2,81 persen atau di bawah pertumbuhan ekonomi kuartal III-2016, 5,02 persen.

Sementara, sektor industri pengolahan hanya tumbuh 4,56 persen. Padahal sektor industri pengolahan berkonstribusi sebesar 20 persen dalam PDB dan menyerap 19 persen tenaga kerja.

"Pertumbuhan sektor industri pengolahan yang lebih lambat dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional ini sudah berlangsung beberapa tahun terakhir. Ini artinya proses deindustrialisasi sedang terjadi," ujarnya.

Hal sama juga terjadi pada sektor perdagangan yang berkontribusi 13 persen pada PDB dan mampu menyerap tenaga kerja sebesar 22 persen. Pada kuartal III-2016 lalu, sektor perdagangan hanya tumbuh 3,65 persen.

"Oleh karena itu, agar pertumbuhan berdampak pada pemerataan, maka pembangunan harus lebih fokus pada sektor pertanian, industri pengolahan, yang diutamakan pada pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menegah," ujar Ketua Dewan Perwakilan Rakyat ini.

Menurut Setya, cara lain untuk mendorong pemerataan ekonomi adalah dengan memperbaiki infrastruktur dasar seperti listrik dan transportasi.

Selain itu, level inklusi keuangan masyarakat juga harus ditingkatkan untuk meningkatkan akses kredit perbankan. Karenanya, Setya mengapresiasi langkah pemerintah dalam memperluas akses Kredit Usaha Rakyat melalui Paket Kebijakan Ekonomi Jilid IV.

"Saat ini, hanya 22 persen UMKM dari total 57,8 juta UMKM yang memiliki akses kredit ke perbankan. Alhasil, pangsa kredit UMKM dari kredit perbankan masih di bawah 20 persen," ujarnya. (gir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER