Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan kredit perbankan sebesar 8,5 persen hingga November 2016. Realisasi ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang hanya 7,5 persen secara tahunan (year on year/YOY).
Menurut Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung, pencapaian tersebut membuat bank sentral optimis target pertumbuhan kredit sebesar tujuh persen hingga sembilan persen bakal tercapai sampai akhir tahun nanti.
"Sehingga, tampaknya bakal mencapai target," ucap Juda, Kamis (15/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut ia menjelaskan, kondisi likuiditas perbankan pada tahun ini berbeda dengan tahun lalu. Ia menuturkan, tingkat operasi moneter yang ada di BI masih diatas Rp300 triliun hingga Desember ini.
"Nah, Desember tahun lalu sudah dibawah Rp100 triliun. Darisitu keliatan likuiditasnya beda lagi, sekarang lebih baik," imbuhnya.
Sementara itu, rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) per Oktober lalu tercatat 22,9 persen dan rasio likuiditas sebesar 20,2 persen. Kemudian, rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) sebesar 3,2 persen (gross) dan 1,5 persen (net).
"Transmisi pelonggaran kebijakan moneter melalui jalur suku bunga terus berlangsung, tercermin dari berlanjutnya penurunan suku bunga deposito dan suku bunga kredit," terang Juda.
Namun, BI menilai transmisi yang dilakukan belum optimal karena pertumbuhan kredit yang masih melambat. Bahkan, permintaan investasi dari korporasi juga belum banyak. Hal ini terbukti dari pertumbuhan kredit Oktober sebesar 7,5 persen secara tahunan, di mana angka tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya 10,3 persen.
"Ke depan, dengan peningkatan aktivitas ekonomi dan dampak pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial yang telah dilakukan sebelumnya, pertumbuhan kredit dan Dana Pihak Ketiga (DPK) lebih baik, kredit 10-12 persen dan DPK 9-11 persen," pungkasnya.
(bir)