Pekan Ini, Saham Aneka Industri Jeblok Terdalam

Dinda Audriene | CNN Indonesia
Sabtu, 17 Des 2016 15:51 WIB
Berdasarkan catatan Bursa Efek Indonesia (BEI), sektor aneka industri turun hingga 3,05 persen ke level 1.271,541 dari posisi akhir pekan lalu 1.311,625.
Berdasarkan catatan Bursa Efek Indonesia (BEI), sektor aneka industri turun hingga 3,05 persen ke level 1.271,541 dari posisi akhir pekan lalu 1.311,625. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Industri otomotif tampak sepi beberapa pada tahun ini. Pemberitaan yang mengaitkan industri tersebut tak seramai sektor lainnya seperti properti, tambang, atau sektor keuangan.

Hal ini nyatanya berimbas pada pergerakan harga saham emiten otomotif yang terus mengalami pelemahan sepanjang pekan ini. Tak heran, sektor aneka industri yang berisikan emiten otomotif kembali tertekan pekan ini.

Berdasarkan catatan Bursa Efek Indonesia (BEI), sektor aneka industri turun hingga 3,05 persen ke level 1.271,541 dari posisi akhir pekan lalu 1.311,625. Jika melihat pergerakan harga saham emiten otomotif sepanjang pekan ini, memang terjadi penurunan yang berkelanjutan setiap harinya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebut saja PT Astra International Tbk (ASII), harga sahamnya akhir pekan ini ditutup melemah ke level Rp7.575. Padahal, awal pekan ini harga saham Astra International masih bertengger pada level Rp7.850.

Sementara itu, harga saham emiten otomotif lainnya yakni, PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) juga terus mengalami pelemahan setiap hari selama pekan ini. Harga saham Gajah Tunggal pada akhir pekan ini ditutup di level Rp1.1085, sedangkan pada awal pekan harganya masih berada pada level Rp1.130.

Analis senior Binaartha Securities Reza Priyambada menyatakan, sepinya pemberitaan mengenai industri otomotif membuat pelaku pasar melakukan aksi jual untuk keluar sementara dan beralih ke emiten lain yang dinilai lebih menguntungkan.

Meski demikian, sebenarnya Astra International baru saja merilis data penjualannya beberapa hari lalu. Sayangnya, Reza menilai data tersebut tak cukup mampu mendorong pergerakan harga sahamnya.

“Data penjualan kendaraan baru dikeluarkan beberapa hari lalu sebenarnya. Saya lihat cukup bagus secara tahunan alami kenaikan untuk penjualan roda empat, tapi ternyata itu juga enggak direspon positif oleh pasar, jadi enggak terserap pada pergerakan harga sahamnya,” ungkap Reza kepada CNNIndonesia.com, Jumat (16/12).

Adapun, penurunan indeks sektor aneka industri juga diikuti oleh tujuh sektor lainnya sepanjang pekan ini. Selain sektor aneka industri, pertambangan juga terkoreksi 1,28 persen, kemudian barang dan konsumsi turun 1,56 persen, properti turun 2,7 persen, infrastruktur turun 2,8, keuangan turun 0,44 persen, perdagangan turun 1,43 persen, dan manufaktur turun 1,48 persen.

Artinya, hanya dua sektor yang berhasil bergerak positif pekan ini yaitu, agrikultur sebesar 0,02 persen dan industri dasar yang naik 0,2 persen.

Reza menilai, kenaikan sektor industri dasar dimotori oleh emiten semen seperti PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP). Harga saham emiten semen yang dinilai murah nyatanya dimanfaatkan pelaku pasar untuk mengalihkan portofolionya pada emiten semen.

Selain itu, pelaku pasar juga melihat pelemahan mata uang dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah pada pekan lalu berimbas baik bagi perusahaan semen yang beberapa bahan bakunya menggunakan produk impor.

“Karena harga saham semen yang berkapitalisasi besar murah pasar manfatkan, lalu pelemahan mata uang dolas AS juga dilihat momentum yang bagus bagi emiten semen,” imbuh Reza.

Tak hanya itu, pelaku pasar juga merespon positif keputusan Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga 7 days repo rate sebesar 4,75 persen. Dengan begitu, diharapkan perbankan ikut mengurangi suku bunga perumahan mengikuti acuan yang ditetapkan oleh BI dan mendorong penjualan semen nantinya.

“Keputusan BI juga mempengaruhi, dalam hal ini memang yang kena dampaknya lebih dulu semen dibandingkan properti, karena memang multiplier effect,” ujar Reza.

Namun, jika pekan depan pemberitaan terkait industri semen semakin positif, maka bukan tak mungkin terjadi penurunan indeks sektor industri dasar karena pelaku pasar bakal memanfaatkan momentum tersebut untuk melakukan aksi ambil untung (profit taking).

“Jika positif terus, harga saham naik terus, pelaku pasar cenderung profit taking, jadi minggu depan tunggu pemberitaan positif,” pungkas dia. (gir)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER