Tarif Mahal, Asuransi Terorisme Kurang Peminat

CNN Indonesia
Jumat, 23 Des 2016 09:59 WIB
Tarif asuransi terorisme yang dipatok konsorsium, yaitu 0,75 persen per mil, bahkan jauh lebih mahal dari harga pasaran sebesar 0,50 persen per mil.
Tarif asuransi terorisme yang dipatok konsorsium, yaitu 0,75 persen per mil, bahkan jauh lebih mahal dari harga pasaran sebesar 0,50 persen per mil. (ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal).
Jakarta, CNN Indonesia --
Konsorsium Asuransi Terorisme dan Sabotase mengakui salah satu faktor yang menghambat laju bisnis perlindungan risiko khusus terorisme tak lain lantaran mahalnya tarif yang dipungut.

Misalnya, untuk menjamin risiko terorisme dan sabotase di bandara, bangunan publik, kelab malam, pusat perbelanjaan tarif yang dipatok 0,75 persen per mil. Tarif ini jauh lebih mahal dari harga pasarannya yang sebesar 0,50 persen per mil.

“Tarif kami mungkin memang kurang bersaing. Hal ini dikarenakan kami tidak memiliki pengalaman klaim. Kami menentukan tarif berdasarkan data-data pasar, memang jadi lebih tinggi dari pasar,” ujar Arizal ER, Ketua Komite Teknik Konsorsium Asuransi Terorisme dan Sabotase, Kamis (22/12).

Selain itu, sambung dia, tarif mahal asuransi terorisme lantaran produk ini tergolong dalam risiko khusus. Artinya, produk ini cuma perluasan dari produk yang ada, misalnya asuransi properti dan kendaraan bermotor.

Produk ini juga tidak bersifat wajib. Artinya, perusahaan asuransi hanya menawarkan produk asuransi terorisme sebagai pertanggungan tambahan.

Robby Loho, Ketua Dewan Pengurus Konsorsium Asuransi Terorisme dan Sabotase sekaligus Direktur Utama PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk menuturkan, konsorsium berencana untuk merevisi tarif agar lebih bersaing di pasar.

“Dengan catatan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendukung melalui peraturan, misalnya dengan menjadikan asuransi terorisme sebagai perluasan produk yang masuk di lini asuransi harta benda, termasuk kewajiban mengoptimalkan kapasitas di dalam negeri,” jelas Robby.

Harap maklum, lanjutnya, bisnis asuransi terorisme relatif adem ayem. Hanya diburu masyarakat ketika peristiwa terorisme sedang ramai dan dilupakan seketika ketika kondisi relatif aman.

“Kalau sekarang tarifnya kami turunkan, bisnis tidak ada yang baru. Itu-itu saja. Polis sekitar 1.180an. Pendapatan kami pasti tergerus. Nah, ini yang kami usulkan ke OJK, peraturan terkait, sehingga tarif bisa kami revisi turun,” imbuhnya.


ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER