Lifting Migas Tercapai, Dompet Negara Terisi Rp125 Triliun

Gentur Putro Jati | CNN Indonesia
Jumat, 23 Des 2016 17:49 WIB
Rata-rata ICP sepanjang 2016 di kisaran US$39,15 per barel. Lebih rendah dari asumsi harga ICP yang ditetapkan APBNP 2016 sebesar US$40 per barel.
Rata-rata ICP sepanjang 2016 di kisaran US$39,15 per barel. Lebih rendah dari asumsi harga ICP yang ditetapkan APBNP 2016 sebesar US$40 per barel. (Dok. Pertamina)
Jakarta, CNN Indonesia -- Keberhasilan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dan seluruh kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) mencapai target lifting migas tahun ini, bakal menambah pundi uang negara sekitar Rp125 triliun.

Kepala Bagian Humas SKK Migas Taslim Z. Yunus mencatat keberhasilan menembus target lifting dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2016, terjadi saat harga minyak mentah terkapar di harga yang rendah.

Dalam APBNP 2016, pemerintah menargetkan lifting minyak di level 820 ribu barel per hari (bph) dan gas sebesar 6.438 MMSCFD. Sementara sampai November 2016 lalu, seluruh KKKS bisa menyedot dan menjual minyak 822 ribu bph dan gas 6.643 MMSCFD.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Taslim, rata-rata harga minyak mentah Indonesia (ICP) sepanjang 2016 berada pada kisaran US$39,15 per barel. Angka ini lebih rendah dari asumsi harga ICP yang ditetapkan APBNP, yaitu sebesar US$40 per barel.

“Dengan kondisi harga tersebut, perkiraan penerimaan negara dari hulu migas sampai akhir tahun adalah sebesar US$9,29 miliar atau Rp125 triliun,” kata Taslim, Jumat (23/12).

Namun, penerimaan negara tersebut masih dipotong oleh biaya penggantian eksplorasi dan produksi alias cost recovery. Meski tidak menyebut angka pastinya, Taslim mengatakan untuk mencapai target lifting tersebut KKKS mengeluarkan investasi yang tidak sedikit.

“Sampai dengan November, investasi yang sudah dikeluarkan industri hulu migas di 2016 sudah mencapai US$10,43 miliar dengan pengeluaran terbesar untuk produksi, yaitu sebesar US$7,81 miliar,” ujarnya.

Investasi tersebut dilakukan untuk menambah cadangan minyak melalui upaya eksplorasi dan menahan penurunan produksi sumur migas tua.

Menurut Taslim, untuk kegiatan eksplorasi sepanjang Januari-November 2016, KKKS telah melakukan 10 survei seismik, 11 survei nonseismik, 36 pengeboran sumur eksplorasi dan tiga re-entry sumur eksplorasi.

Dari pengeboran sumur eksplorasi yang dilakukan, 20 kegiatan sudah selesai dilakukan dengan hasil tujuh sumur ditemukan migas (discovery), tujuh sumur tidak ditemukan (dry), lima sumur memiliki indikasi adanya hidrokarbon, dan satu sumur masih dalam proses evaluasi.

Sumur-sumur yang menghasilkan penemuan adalah Bambu Besar (BBS)-4 (Pertamina EP); Tiung-3 (PetroChina International Jabung Ltd.); Meliwis-1 (Santos Madura Offshore) Pty Ltd); Lumbian-2 (Seleraya Merangin 2); AAL-4X (Santos Northwest Natuna B.V); ABG-3 (Pertamina EP); dan Sidayu-4 (Saka Indonesia Pangkah Ltd).

Pada 2016 ini, SKK Migas juga telah menyetujui 28 rencana pengembangan lapangan baik dalam bentuk Plan of Development (POD) maupun Plan of Further Development (POFD).

“Pengembangan lapangan baru ini diharapkan akan menambah cadangan minyak sebesar 142,45 juta barel dan cadangan gas sebesar 0.645 TSCF. Pengembangan lapangan ini akan membutuhkan investasi sebesar US$2,94 miliar dan diharapkan dapat menghasilkan penerimaan negara sebesar US$6,85 miliar,” katanya. (gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER