KALEIDOSKOP 2016

Ketika Anomali Grup Bakrie Pimpin Pacuan Saham Konglomerasi

Dinda Audriene, Giras Pasopati | CNN Indonesia
Selasa, 27 Des 2016 14:04 WIB
Dari delapan saham konglomerasi yang dipantau CNNIndonesia.com, tiga diantaranya tercatat bergerak negatif secara rata-rata.
Dari delapan saham konglomerasi yang dipantau CNNIndonesia.com, tiga di antaranya tercatat bergerak negatif secara rata-rata. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Meski sepi penghuni baru, lantai bursa saham Indonesia diramaikan berbagai manuver korporasi di tahun Monyet Api. Hal itu memberikan banyak kejutan di pasar modal, salah satunya anomali pergerakan saham konglomerasi.

Dari delapan saham konglomerasi yang dipantau CNNIndonesia.com, tiga di antaranya tercatat tumbuh negatif secara rata-rata. Berdasarkan data transaksi saham sejak 30 Desember 2015 hingga 23 Desember 2016, tercatat pergerakan yang beragam. Mulai dari melemah puluhan persen, hingga melonjak hingga ribuan persen!

Grup Bakrie secara mengejutkan memimpin dengan kenaikan 56,54 persen secara rata-rata. Menariknya, dari 11 perusahaan di bawah grup ini, hanya empat emiten yang tumbuh, sedangkan tujuh lainnya tidak bergerak sama sekali dan terbenam di level dasar. Menjadi anomali.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari empat perusahaan yang sahamnya menanjak, PT Bumi Resources Tbk memimpin dengan lonjakan 388 persen sejak awal tahun. Kemudian PT Graha Andrasentra Propertindo Tbk menguat 175,71 persen sejak melantai di bursa pada akhir Juni 2016. PT Visi Media Asia Tbk dan PT Bumi Resources Mineral Tbk menyusul dengan kenaikan masing-masing 18,40 persen dan 14 persen.

Yang paling menarik adalah lonjakan harga saham Bumi Resources. Emiten yang sahamnya sempat terbenam di level Rp50 per saham sejak Oktober 2015 ini mendadak bangkit dari kubur.

(EMBAR) Ketika Anomali Grup Bakrie Pimpin Pacuan KonglomerasiIlustrasi. (CNN Indonesia/Astari Kusumawardhani)

Lonjakan tersebut terjadi mulai awal Juni 2016, terkerek kabar restrukturisasi utang perusahaan yang menggunung. Harga saham Bumi Resources kemudian terbang melanglang dari Rp50 per saham hingga ke level puncak di Rp310 per saham.

“Grup Bakrie itu kan memang sedang terdorong kenaikan harga batu bara. Apalagi Bumi Resources, yang digoreng sejak kabar restrukturisasi utang,” ujar Kepala Riset Universal Broker Satrio Utomo, Senin (26/12).

Lonjakan kinerja saham Grup Bakrie yang anomali tersebut dibuntuti oleh penguatan saham Grup Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang menanjak 24,35 persen secara rata-rata. Dalam grup perusahaan pelat merah ini, terdapat saham yang untung menggunung.

Ketika Anomali Grup Bakrie Pimpin Pacuan Saham KonglomerasiIlustrasi. (CNN Indonesia/Astari Kusumawardhani)


Harga saham PT Pelat Timah Nusantara Tbk mampu melompat hingga 4.840 persen dari level dasar Rp50 ke angka Rp2.470 per saham. Saham PT Indofarma (Persero) Tbk kemudian membuntuti dengan penguatan 2.525 persen dari Rp168 ke Rp4.410 per saham.

Di sisi lain, saham PT Semen Indonesia (Persero) Tbk longsor paling dalam sebesar 20,61 persen dari Rp11.400 menjadi Rp9.050 per saham. Hal itu diikuti saham PT Jasa Marga (Persero) yang meluncur 20,01 persen sejak awal tahun.

“Di Grup BUMN itu sebenarnya terdapat fenomena saham lapis dua yang ‘digoreng’. Tidak semua penguatan memperlihatkan kondisi asli fundamental,” ungkap Satrio.

Ketika Anomali Grup Bakrie Pimpin Pacuan KonglomerasiIlustrasi transaksi saham. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)

Ia menambahkan, secara keseluruhan, kinerja saham BUMN sebenarnya didorong faktor fundamental terkait Penyertaan Modal Negara (PMN). Sayangnya, saham BUMN sektor konstruksi dinilai kurang memperoleh respon apik dari hal tersebut.

“Itu ada PMN yang intinya menyedot dana banyak, dan paling banyak ke sektor konstruksi karena fokus pemerintah kan ke pembangunan infrastruktur. Tapi tampaknya kok saham konstruksi malah kurang terpacu,” katanya.

Dari empat perusahaan konstruksi pelat merah, tercatat hanya saham PT Waskita Karya (Persero) Tbk yang menguat hingga 37,72 persen. Sementara PT Adhi Karya (Persero) Tbk, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk dan PT PP (Persero) Tbk kompak longsor, masing masing 7,48 persen 6,34 persen dan 3,88 persen.

Analis Mandiri Sekuritas Bob Setiadi mengatakan per 10 bulan pertama 2016, empat perusahaan konstruksi tersebut kami mencatatkan rata-rata kontrak baru senilai Rp126 triliun, naik 82 persen secara tahunan.

“Penandatanganan kontrak baru melambat pada Oktober 2016 dan kami masih menunggu penandatanganan megaproyek (seperti kereta cepat dan light rapid transit) untuk memenuhi target setahun penuh perusahaan-perusahaan tersebut,” jelasnya.

Konglomerasi yang Kalah Tarung

Bak roda yang berputar, selalu ada sisi bawah ketika sisi lain naik ke atas. Sepanjang tahun ini, saham tiga konglomerasi tercatat melemah. Grup MNC memimpin pelemahan dengan longsor 16,52 persen secara rata-rata. Diikuti Grup Salim yang meluncur 12,26 persen dan Grup Lippo yang turun 11,22 persen.

Kinerja Grup MNC terseret oleh penurunan saham lima dari tujuh perusahaan milik Hary Tanoesoedibjo ini. Penurunan terbesar dicatatkan oleh PT Global Mediacom Tbk yang meluncur 45,45 persen sejak awal tahun.

Ketika Anomali Grup Bakrie Pimpin Pacuan KonglomerasiCEO Grup MNC sekaligus Ketua Umum Partai Perindo, Hary Tanoesoedibjo. (CNN Indonesia/Andry Novelino)

“Saya melihat hal ini lebih terkait persepsi pelaku pasar. Ketika sang pemilik sedang fokus ke dunia politik, maka pelaku pasar memandang hal itu bisa memperberat laju bisnisnya. Karena kemungkinan dana ekspansi sebagian beralih ke urusan politik,” kata Satrio.

Sementara itu, Grup Salim melemah terpukul kinerja saham PT Indomobil Sukses Internasional Tbk dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Kedua saham tersebut masing masing amblas 45,03 persen dan 33,71 persen.

Terakhir, Grup Lippo tersungkur karena pelemahan saham jumbo, PT Lippo Karawaci Tbk dan PT Lippo Cikarang Tbk. Dua emiten properti ini longsor masing-masing 31,40 persen dan 30,34 persen.

“Kalau Grup Lippo itu terkena efek pelemahan industri properti. Sialnya, dua emiten besar Grup Lippo itu di sektor properti semua,” tukas Satrio.

Berikut adalah grafis perbandingan kinerja ketiga emiten konglomerasi tersebut sepanjang tahun ini.

Ketika Anomali Grup Bakrie Pimpin Pacuan Saham KonglomerasiIlustrasi. (CNN Indonesia/Astari Kusumawardhani)

Ketika Anomali Grup Bakrie Pimpin Pacuan Saham KonglomerasiIlustrasi. (CNN Indonesia/Astari Kusumawardhani)
Ketika Anomali Grup Bakrie Pimpin Pacuan Saham KonglomerasiIlustrasi. (CNN Indonesia/Astari Kusumawardhani)
(gir/gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER