Jakarta, CNN Indonesia -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memiliki potensi untuk bangkit (rebound) pada perdagangan hari ini, Selasa (27/12), hingga akhir tahun 2016.
Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee berharap adanya aksi
window dressing yang dilakukan oleh beberapa pihak yang berkepentingan untuk mengerek laju IHSG sepanjang pekan ini atau pekan terakhir di 2016.
Window dressing sendiri dapat diartikan sebagai sebuah strategi yang dilakukan oleh perusahaan manajer investasi untuk mempercantik portofolio atau performa keuangan sebelum ditampilkan kepada klien atau pemegang saham.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Biasanya dilakukan oleh emiten itu sendiri, perusahaan manajer investasi, perusahaan asuransi, dan dana pensiun. Supaya harga saham ditutupnya tidak terlalu jelek, biasanya paling umum dilakukan oleh emitennya,” kata Hans Kwee saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (23/12).
Aksi
window dressing ini, lanjut Hans Kwee, merupakan satu-satunya harapan agar IHSG dapat bangkit dari keterpurukannya belakangan ini. Hal ini disebabkan tidak adanya sentimen positif yang dapat menopang laju IHSG, baik dari luar maupun dalam negeri. Terlebih lagi, perdagangan saham dalam negeri hanya tinggal empat hari lagi sebelum akhirnya berganti tahun menuju 2017.
“Jadi untuk Selasa support bisa di level 5.000-5.020 dan untuk resistennya di level 5.078-5.100,” ucap dia.
Sementara, IHSG berhasil ditutup melemah pada perdagangan akhir pekan lalu. IHSG terkoreksi 15,16 poin (0,3 persen) ke level 5.027 setelah bergerak di antara 5.022-5.078.
Menurut Hans Kwee, banyak investor yang menghindari aset yang berisiko karena panasnya situasi global terkait peristiwa teror yang melanda Turki dan Jerman pekan lalu. Tak hanya itu, penemuan lima bom aktif di kawasan Tangerang oleh tim Detasemen Khusus 88 Antiteror pekan lalu juga menjadi bahan antisipasi investor untuk melakukan aksi beli di pasar modal.
Selain itu, pergerakan laju IHSG juga dipengaruhi oleh sentimen negatif berupa rilisnya beberapa data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang menunjukkan hasil positif sehingga mendukung The Fed untuk menaikkan suku bunganya lebih cepat pada tahun depan. Dengan begitu, investor semakin khawatir dan menghindari berinvestasi di negara
emerging market, termasuk Indonesia.
“Orang jadi banyak yang keluar dari
emerging market, mereka khawatir,” ujar Hans Kwee.
Di lain sisi, analis Asjaya Indosurya Securities William Surya Wijaya memprediksi IHSG masih betah berada dalam rentang konsolidasi wajar. Menurutnya, IHSG diprediksi bergerak dalam rentang
support 5.002 dan resisten 5.254 pada perdagangan hari ini.
“Pola gerak IHSG masih dapat terus menunjukkan penguatan, mengingat arus dana asing (
capital inflow) yang mulai terjadi ditunjang oleh kondisi perekonomian yang stabil,” terang William dalam risetnya.
(gen)