Jakarta, CNN Indonesia -- Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) tengah memutar otak agar target produksi minyak siap jual (
lifting) minyak mencapai 825 ribu barel per hari di tahun ini. Angka ini tercatat lebih tinggi 1,23 persen dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar 815 ribu barel per hari.
Wakil Kepala SKK Migas Zikrullah menjelaskan, target
lifting ini merupakan permintaan langsung dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Untuk itu, instansinya saat ini tengah keras mencari lapangan migas yang sekiranya masih bisa dioptimumkan.
"Kalau target
lifting 825 ribu barel per hari, ya tetap kami akan laksanakan. Lapangannya di mana saja, ya akan dicari terlebih dahulu. Masih dilakukan kajian, kira-kira di mana tambahan produksi bisa didapatkan," jelas Zikrullah ditemui di Kementerian ESDM, Rabu (4/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Memang, sebelumnya SKK Migas mendata beberapa Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang berencana menaikkan produksinya. Di antaranya adalah, blok Rokan yang dikelola Chevron Pacific Indonesia yang menaikkan target sebesar 5 ribu barel per hari menjadi 233.908 barel per hari atau PT Pertamina EP yang menaikkan target produksinya sebanyak 2 ribu barel per hari menjadi 86.214 barel per hari. Namun menurutnya, kemampuan KKKS tersebut masih perlu ditinjau lagi.
Apalagi, penambahan
lifting ini belum dimasukkan ke dalam rencana kerja dan anggaran SKK Migas (Work Program and Budget/WP&B) 2017. Sehingga, pemerintah masih tetap fokus pada rencana penambahan produksi yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
Salah satunya, adalah peningkatan produksi blok Cepu yang dioperatori ExxonMobil Cepu Ltd dari 169,47 ribu barel per hari ke angka 200 ribu barel per hari. Menurutnya, penambahan produksi dari Cepu seharusnya dilakukan Januari ini. Namun, karena izin Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) belum keuar, maka bisa jadi penambahan produksi Cepu ini mundur dari jadwal.
"Tapi seharusnya kuartal I 2017 ini sudah bisa dilakukan penambahan produksi," ujarnya.
Di samping itu, ia pun belum bisa memastikan adanya potensi kenaikan
cost recovery akibat penambahan target
lifting tersebut. Sampai sejauh ini, instansinya masih memegang angka US$10,4 miliar sesuai dengan target APBN 2017.
"Segala proyeksinya akan segera kami rapatkan dalam pekan-pekan ini," pungkas Zikrullah.
Sebagai informasi, target
lifting sebesar 825 ribu barel per hari tercatat lebih tinggi dibanding APBN 2017 sebesar 815 ribu barel per hari maupun WP&B SKK Migas sebesar 808,4 ribu barel per hari. Dengan asumsi harga minyak sebesar US$45 per barel,
lifting minyak diharapkan bisa menyumbang Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp50,1 triliun.
Sementara itu, Kementerian ESDM menyatakan
lifting minyak di tahun 2016 mencapai 820,3 ribu barel per hari, atau lebih besar 0,036 persen dari target APBNP 2016 sebesar 820 ribu barel per hari.
(gir/gen)