Bank Mandiri Bidik Kredit Tumbuh 13 Persen Tahun Ini

Elisa Valenta Sari | CNN Indonesia
Senin, 09 Jan 2017 09:59 WIB
Sebagai strategi, bank pelat merah tersebut akan menggerakkan kredit/pembiayaan infrastruktur sebagai mesin utama pertumbuhan kredit.
Sebagai strategi, bank pelat merah tersebut akan menggerakkan kredit/pembiayaan infrastruktur sebagai mesin utama pertumbuhan kredit. (REUTERS/Beawiharta).
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bank Mandiri (Persero) Tbk membidik pertumbuhan kredit sebesar 13 persen tahun ini ketimbang tahun sebelumnya yang diproyeksikan mencapai 11 persen.

"Tahun lalu, sekitar 10 persen-11 persen. Pada 2017, kami optimistis, bisa tumbuh 13 persen," ujar Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo, akhir pekan lalu.

Sebagai strategi, bank pelat merah tersebut akan menggerakkan kredit/pembiayaan infrastruktur sebagai mesin utama pertumbuhan kredit. Selanjutnya, perseroan juga mengincar pertumbuhan kredit konsumer melalui kredit ritel, seperti kredit pemilikan rumah (KPR).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau untuk konsumer, khususnya di lini bisnis KPR, meningkat tajam. Mikro juga masih bagus, dan rasio kredit bermasalahnya (nonperforming loan/NPL) terkendali," katanya.

Kendati demikian, Kartika menyebutkan, perseroan akan sedikit menahan laju kenaikan kredit komersial. Hal ini dikarenakan tingginya rasio NPL segmen tersebut, yakni nyaris menembus 7 persen.

NPL segmen komersial berkontribusi besar terhadap NPL net secara keseluruhan yang mencapai 3,8 persen pada kuartal ketiga tahun lalu.

"Komersial kami memang fokusnya restrukturisasi dan collection demi melakukan recovery (pemulihan). Ini dari siklus tahun lalu, ada account-account (rekening) yang kami tangani masuk collection. Ada yang melalui proses normal, ada juga yang melalui proses hukum," tegas Kartika.

Sekadar informasi, Bank Mandiri mengklaim tengah menempuh jalur hukum untuk menyeret debiturnya yang nakal dan tidak kooperatif dalam menyelesaikan kredit bermasalah.

Adapaun, dari sisi likuiditas, Kartika mengaku, bersyukur program pengampunan pajak yang bergulir mampu melonggarkan likuditas perseroan. Hingga akhir periode II amnesti pajak pada 31 Desember 2016 lalu, perseroan menghimpun dana repatriasi sebesar Rp23 triliun.

Dari nilai tersebut, posisi dana repatriasi ditempatkan dalam bentuk produk perbankan, seperti tabungan dan deposito yang mencapai 53 persen. Sedangkan sisanya ditaruh ke dalam keranjang investasi lainnya, seperti obligasi, sukuk, reksa dana, hingga asuransi.

Kondisi likuiditas yang baik itu memberikan celah bagi perseroan untuk bisa menurunkan biaya dana yang berpangkal pada penurunan bunga kredit untuk nasabah.

"Dana Pihak Ketiga (DPK) bertumbuh cukup besar tahun lalu. Yaitu, sekitar 12 persen. Jadi, likuiditas akhir tahun kami justru longgar, industri juga rasanya longgar," kata Kartika. (bir)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER