Jakarta, CNN Indonesia -- Realisasi proyek infrastruktur pemerintah yang masih suam-suam kuku di tahun ini tak mengendurkan semangat industri perbankan di tahun depan. Setidaknya, bank-bank pelat merah masih menaruh asa mendongkrak pertumbuhan kredit lewat proyek-proyek infrastruktur pemerintah.
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, salah satunya yang optimis menyalurkan kredit sektor infrastruktur. Tak tanggung-tanggung, bank nomor wahid dari sisi aset ini bahkan membidik menyalurkan 40 persen dari total portfolio kredit korporasi ke infrastruktur, di samping healthcare, properti, dan komoditi.
"Infrastruktur (penyaluran kreditnya) tetap nomor satu. Kami juga selektif di komoditas minyak dan gas yang kelihatannya sudah bagus," ujar Direktur Korporasi Banking Bank Mandiri Royke Tumilaar, Selasa (29/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Senada dengan Royke, Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Ahmad Baiquni mengatakan, pemulihan harga komoditas memberi harapan bagi perbankan untuk menyalurkan kredit kepada nasabahnya yang bergerak di sektor tersebut.
"Harga-harga sudah mulai
rebound, kalau
tone-nya positif kenapa tidak?" tutur Baiquni.
Namun, di samping pertumbuhan kredit korporasi, ia optimistis, mesin pertumbuhan kredit tahun depan juga akan berasal dari kredit konsumer. Ia menargetkan, pertumbuhan kredit di segmen tersebut bisa mencapai 15-17 persen.
Kredit Masih LesuBerbeda dengan Bank Mandiri dan BNI, pesimisme terlihat di kelompok bank Buku III. PT Bank CIMB Niaga Tbk, salah satunya, yang menyebut pertumbuhan kredit tahun depan kurang dari 10 persen.
Indikatornya, Direktur Utama PT Bank CIMB Niaga Tbk Tigor Siahaan mengungkapkan, permintaan kredit di kuartal terakhir tahun ini belum memperlihatkan pertumbuhan. Bahkan, pertumbuhan kredit industri perbankan masih berkisar enam persen. Hal tersebut merupakan refleksi dari permintaan dan dunia usaha yang memang belum terlalu ekspansif.
"Saat ini, kami lihat bukan hanya butuh dorong dari moneter tapi juga fiskal, bagaimana mempercepat pembangunan infrastruktur yang bisa menciptakan trickle down effect. Tahun depan masalah bukan likuditas tapi masih bagaimana mendorong permintaan," terang dia.
Adapun, hingga kuartal ketiga tahun ini, CIMB Niaga membukukan penyaluran kredit sebesar Rp174,08 triliun atau turun 2,7 persen secara year on year. "Kami sendiri tahun depan masih akan lebih banyak dari sisi konsolidasi dan (pertumbuhan kredit) akan sedikit dibawah industri," pungkasnya.
(bir/gen)