Mengenal Dosen Pencipta Kelas Virtual di President University

Gentur Putro Jati | CNN Indonesia
Senin, 16 Jan 2017 10:34 WIB
President University memiliki kelas virtual yang diperkenalkan oleh seorang dosen muda yang merupakan lulusan universitas kelolaan PT Jababeka Tbk tersebut.
President University memiliki kelas virtual yang diperkenalkan oleh seorang dosen muda yang merupakan lulusan universitas kelolaan PT Jababeka Tbk tersebut. (Dok. Pribadi)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kunthi Afrilinda merupakan penyandang gelar MBA dari Cardiff Metropolitan University, Inggris lulusan 2015 lalu. President University, kampus tempatnya meraih gelar sarjana beruntung bisa memintanya kembali ke Indonesia untuk menjadi dosen.

"Saya kembali ke Indonesia dan menjadi dosen, karena sangat tertarik di dunia mengajar sejak magang menjadi asisten dosen. Jadi sebelum lulus S2, saya sudah ditawari bekerja di President University, karena minat dan passion saya, maka saya putuskan untuk menjadi seorang dosen di almamater tercinta ini," kata Kunthi, dikutip Senin (16/1).

Dosen muda kelahiran Bogor, Jawa Barat, 26 tahun lalu menilai mengajar di President University mengingatkannya kembali saat-saat menjadi mahasiswa dari kurun 2008 – 2012.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Alasan saya masuk President University karena proses belajar mengajar menggunakan Bahasa Inggris, terdapat banyak mahasiswa asing, serta adanya tawaran beasiswa dari Jababeka. Jurusan International Relations, saya pilih karena saya suka dengan isu-isu internasional, politik dan juga feminisme,” ungkapnya.

Selama kuliah di President University yang terletak di Kawasan Industri Jababeka, Kunthi merasakan suasana yang sangat kondusif untuk belajar karena didukung oleh fasilitas dormitory atau asrama.

“Perkuliahan yang menggunakan Bahasa Inggris, membuat kemampuan Bahasa Inggris saya sangat meningkat karena international environment yang ada di President University. Dosen-dosen pengajar juga merupakan ahli dan praktis di bidangnya, sehingga ilmu yang diberikan sangat aplikatif,” ujar Kunthi.

Setelah lulus pada tahun 2012 dengan IPK 3,76, Kunthi melanjutkan kuliah ke Cardiff Metropolitan University, United Kingdom, dan sempat magang di Kementerian Luar Negeri, bagian Keamanan Internasional dan Pelucutan Senjata.

Pengajaran yang diberikannya memang sedikit berbeda dengan saat dia menjadi mahasiswa di President University. Kunthi mencoba mengimplementasikan apa yang didapatkannya ketika kuliah di Inggris.

“Saya lebih mengedepankan siswa untuk lebih aktif, tetapi juga saya selalu memberikan feedback kepada mereka, agar mereka dapat mengetahui aspek mana yang bisa mereka perbaiki dan juga kembangkan. Saya biasanya tidak hanya melakukan one way communication di kelas, saya selalu men-challenge mahasiswa di setiap tugas yang saya berikan, seperti presentasi, studi kasus, diskusi kelompok, mini quiz dan essay dengan feedback, dan juga debat,” ungkapnya.

Selain itu, Kunthi juga mengimplementasikan beberapa teknologi yang kampus sediakan seperti pengumpulan tugas melalui portal turnitin.com untuk mencegah terjadinya plagiarisme saat mahasiswa menulis tugas. Bahkan saat ini telah digunakan platform SCHOOLOGY atau KELAS VIRTUAL dimana mahasiswa bisa mengakses semua materi yang diberikan di kelas virtual, lalu mendiskusikannya dan mengerjakan quiz.

Model pembelajaran yang diterapkannya itu, karena Kunthi melihat bahwa mahasiswa sekarang sangat kreatif dan juga sangat cepat dalam beradaptasi dengan teknologi terbaru. Mereka sangat mengenal dan terkadang bergantung kepada Internet.

“Hal ini saya jadikan sebagai tantangan, karena saya mencoba untuk memberikan edukasi, informasi, pengetahuan, dan juga pengalaman yang bersifat aplikatif dan tidak bisa mereka dapatkan di internet,” tegas Kunthi. (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER