Pertamina Jajaki Impor Elpiji dari Amerika Serikat

CNN Indonesia
Selasa, 17 Jan 2017 13:14 WIB
Pemasok elpiji bagi Pertamina mengklaim memiliki akses ke Amerika Serikat (AS). Apalagi, harganya lebih murah ketimbang LPG dari Timur Tengah.
Pemasok LPG bagi Pertamina mengklaim memiliki akses ke Amerika Serikat (AS). Apalagi, harganya lebih murah ketimbang LPG dari Timur Tengah. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono).
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina (Persero) tengah menjajaki impor Liquefied Petroleum Gas (elpiji) dari Amerika Serikat mulai tahun ini. Pemasok elpiji bagi Pertamina mengklaim memiliki akses ke Amerika Serikat (AS), setelah kanal di terusan Panama diperluas. Sehingga, memungkinkan untuk pengantaran kargo elpiji ke Asia-Pasifik.

Senior Vice President Integated Supply Chain (ISC) Pertamina Daniel Purba menerangkan, impor elpiji dari AS tersebut rencananya akan mengganti pasokan elpiji impor yang selama ini didominasi dari negara-negara Timur Tengah.

Apalagi, harga elpiji dari AS menggunakan indeks Mont Belvieu, di mana harganya bisa lebih murah jika dibandingkan dengan elpiji asal Timur Tengah yang mengambil indeks Saudi Aramco.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bahkan, menurutnya, apabila harga elpiji dari AS ditambah biaya transportasi dan freight cost, harganya tetap lebih murah ketimbang elpiji dari Timur Tengah.

"Pemasok kami bilang, mungkin elpiji dari Amerika Serikat bisa masuk, setelah Panama Canal diperlebar. Tak hanya kepada kami saja, mungkin pasokan elpiji dari AS ke negara-negara Asia Pasifik lainnya bisa masuk. Kalau dulu, harga elpiji AS mahal karena kan harus memutar benua Amerika dan membutuhkan waktu 1,5 bulan lamanya," ujarnya, Selasa (17/1).

Namun demikian, ia masih belum bisa memprediksi besaran impor elpiji tersebut. Yang pasti, porsi impor dari Timur Tengah akan menurun dari posisi saat ini sebesar 90 persen dari total elpiji impor.

"Kami tak bisa perkirakan besaran elpiji AS. Yang pasti, dari sisi persentase, impor Timur Tengah mengecil diganti dari AS. Besarnya berapa, nanti bergantung pasar saja," imbuh Daniel.

Ia melanjutkan, impor elpiji dari AS merupakan antisipasi perusahaan atas melonjaknya kebutuhan elpiji impor. Tahun ini, elpiji impor diperkirakan mengambil 70 persen dari suplai elpiji Pertamina. Angka itu melonjak dibandingkan tahun lalu, yaitu 65 persen.

Jika tidak ada aral melintang, sebanyak 30 persen suplai elpiji akan dihasilkan dari dalam negeri, utamanya dari kilang elpiji di Bontang.

"Nantinya, 90 persen elpiji impor diturunkan sekaligus dan 10 persen diturunkan secara bulanan. Ini kami lakukan demi mengantisipasi fluktuasi produksi dalam negeri, yang utamanya berasal dari Bontang," katanya.

Menurut data Pertamina, konsumsi elpiji Indonesia pada tahun 2016 tercatat 7 juta metrik ton per tahun. Angka ini meningkat 700 persen dalam 10 tahun terakhir, di mana konsumsi elpiji tahun 2007 sebesar 1 juta metrik ton.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER