PLN Diminta Renegosiasi dengan Pemenang Tender PLTGU Jawa 1

Gentur Putro Jati | CNN Indonesia
Rabu, 18 Jan 2017 17:48 WIB
Penundaan konstruksi pembangkit berkapasitas 2 x 800 MW akan mengganggu target pemerintah menyediakan pasokan listrik baru sebesar 35 ribu MW sampai 2019.
Penundaan konstruksi PLTGU Jawa 1 berkapasitas 2 x 800 MW akan mengganggu target pemerintah menyediakan pasokan listrik baru sebesar 35 ribu MW sampai 2019. (CNN Indonesia/Andry Novelino)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pengamat Energi Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi mengkritisi tidak kunjung tuntasnya tender Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Jawa 1 yang digelar PT PLN (Persero). Ia menilai kemungkinan ada dua penyebab utama kekisruhan, yang berakar dari masalah bankability dan isu teknis komersial yang tidak kunjung disepakati, meskipun sudah melewati tenggat waktu.

“Hal ini bukan masalah sederhana. Pasti terdapat konsekuensi keekonomian yang sangat signifikan. Pertanyaan berikutnya adalah, apakah kedua pihak akhirnya bersepakat atau ada salah satu yang berkorban?” kata Fahmy, dikutip Rabu (18/1).

Ia menganalisis, mengingat kuatnya keinginan PLN untuk membatalkan tender PLTGU berkapasitas 2 x 800 Megawatt (MW) tersebut, maka yang akan banyak berkorban adalah pihak konsorsium Pertamina, yang memenangkan proyek.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Dengan perkataan lain, kabar baik ini dapat dijadikan indikasi bahwa Pertamina dan konsorsiumnya telah bersedia menelan semua ongkos akibat terjadinya komplikasi isu teknis-komersial,” katanya.

Ia menegaskan, apabila indikasi tersebut benar maka Fahmy menyatakan salut kepada kepemimpinan Pertamina dalam mengelola para mitra konsorsium, sehingga mampu menjaga komitmen untuk tetap memperjuangkan megaproyek PLTGU Jawa 1 supaya tetap bisa berjalan dan terjamin keberlanjutannya.

“Semua faktor kompleksitas kegagalan megaproyek itu, terutama masalah teknis komersial, lebih disebabkan cerobohnya PLN dan procurement agent-nya dalam menyiapkan dokumen tender yang memenuhi semangat berbisnis yang sehat, profesional dan berimbang (fair),” katanya.

Ia menilai PLN dan pihak konsultan, yakni PT Ernst and Young (EY) Indonesia, telah ceroboh dalam hal penyiapan tender yang mengakibatkan bankability issue dan tidak adanya suplai gas untuk PLTGU Jawa 1.

“Suplai gas yang harusnya menjadi tanggung jawab pengembang tiba-tiba dipisah menjadi PLN yang mensuplai atas saran EY. Ternyata PLN tidak sanggup mengadakan LNG-nya,” katanya.

Ia mengemukakan, dalam pengambilalihan suplai gas awalnya mungkin PLN berpendapat bisa memperoleh keuntungan dari bisnis gas, namun PLN lupa bahwa sesungguhnya mereka tidak punya kompetensi di bidang bisnis gas.

Seperti diketahui, selain konsorsium Pertamina, tender proyek PLTGU Jawa 1 juga diikuti konsorsium Mitsubishi Corp-JERA-PT Rukun Raharja Tbk-PT Pembangkitan Jawa Bali. Kemudian ada juga konsorsium PT Adaro Energi Tbk-Sembcorp Utilities PTY Ltd, serta konsorsium PT Medco Power Generation Indonesia-PT Medco Power Indonesia-Kepco-dan Nebras Power.

Proyek PLTGU Jawa 1 adalah bagian dari program pembangunan pembangkit 35 ribu MW, yang diluncurkan oleh Presiden Jokowi pada awal masa pemerintahannya, dan karena itu perlu diselamatkan. Proyek tersebut diperkirakan menelan investasi untuk pembangunannya sekitar US$2 miliar atau sekitar Rp26 triliun.

(gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER