Jakarta, CNN Indonesia -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini, Jumat (20/1) ditutup melemah 44,63 poin (0,84 persen) ke level 5.254 setelah bergerak di antara 5.243-5.293.
Sementara di pasar valuta asing, nilai tukar rupiah ditutup melemah ke Rp13.410 per dolar AS, atau turun 34 poin (0,25 persen) setelah bergerak di kisaran Rp13.357-Rp13.422.
RTI Infokom mencatat, investor membukukan transaksi sebesar Rp5,04 triliun dengan volume 17,75 miliar lembar saham. Sementara, dalam perdagangan di pasar reguler hari ini, investor asing tercatat melakukan jual bersih (net sell) sebesar Rp399,1 miliar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebanyak 93 saham naik, 205 saham turun, dan 119 saham tidak bergerak. Sementara sembilan dari 10 sektor mengalami pelemahan. Penguatan terbesar dialami oleh sektor infrastruktur yang melemah sebesar 2,59 persen.
Dari Asia, mayoritas indeks saham bergerak melemah. Kondisi itu ditunjukkan oleh indeks Nikkei225 di Jepang yang naik sebesar 0,34 persen, indeks Kospi di Korsel turun sebesar 0,35 persen, dan indeks Hang Seng di Hong Kong turun sebesar 0,71 persen.
Sore ini, mayoritas indeks saham di Eropa bergerak menguat sejak dibuka tadi siang. Indeks FTSE100 di Inggris bergerak turun 0,17 persen, indeks DAX di Jerman naik 0,03 persen, dan indeks CAC di Perancis naik 0,13 persen.
Sebelumnya, Kepala Riset First Asia Capital David Sutyanto memprediksi IHSG berpeluang terkoreksi hari ini imbas minimnya insentif di pasar. IHSG diprediksi bergerak dengan support di 5.270 hingga resisten di 5.310.
"Dari kawasan Asia, pasar saham akan digerakkan dengan data ekonomi China seperti pertumbuhan ekonomi kuartal terakhir 2016 yang diperkirakan tumbuh 6,7 persen secara tahunan," terang David.
Sementara itu, Kepala Riset MNC Securities Edwin Sebayang melihat IHSG rawan dilanda aksi ambil untung (profit taking) disebabkan jatuhnya sejumlah harga komoditas diantaranya, harga nikel yang turun 2,46 persen, timah 1,66 persen, minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) 0,6 persen, dan batu bara 0,48 persen.
"Untuk nikel ini pertama kali harga jatuh dibawah US$10 ribu," terang Edwin.