Jakarta, CNN Indonesia -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi melanjutkan penguatan pada perdagangan Rabu (25/1) karena kenaikan harga komoditas mineral. Kendati demikian, penguatan dolar AS mulai membayangi laju indeks.
Kepala Riset First Asia Capital David Sutyanto mengatakan, sebelumnya pasar cenderung wait and see menanti rencana detail dari kebijakan ekonomi Trump yang dikhawatirkan cenderung protektif. Namun di sisi lain, pasar menyambut positif rencana pemotongan pajak korporasi dan pemangkasan 75 persen regulasi yang dinilai menghambat ekspansi usaha.
“Merespon hal tersebut, bursa Wall Street tadi malam berhasil menguat kembali terutama ditopang rally harga komoditas logam. Indeks Dow Jones dan S&P masing-masing menguat 0,6 persen dan 0,7 persen di 19.912,71 dan 2.280,07. Indeks Nasdaq menguat 0,9 persen di 5.600,96,” ujarnya dalam riset, Rabu (25/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menilai, pelaku pasar menyambut positif langkah pertama Trump yang menandatangani sejumlah putusan eksekutif (executive order). Menurutnya, pasar optimistis ekonomi AS akan tumbuh lebih cepat.
“Merespon hal tersebut yield obligasi AS 10 tahun tadi malam melonjak 2,67 persen di 2,46 persen menyusul ekspektasi kenaikan inflasi. Harga komoditas logam bergerak bullish yang mengangkat saham sektor material di Wall Street,” imbuhnya.
Sementara, pada perdagangan hari ini, pelaku pasar diperkirakan kembali memburu sejumlah saham sektoral berbasis komoditas logam. Hal itu menyusul penguatan harga komoditas seperti baja, aluminium, nikel, dan timah tadi malam.
“IHSG berpeluang melanjutkan penguatannya, namun akan dibayangi dengan penguatan kembali dolar AS. IHSG diperkirakan bergerak bervariasi dengan support di 5.270 dan resisten di 5.310,” jelas David
Terkait perdagangan kemarin, ia menilai IHSG berhasil rebound ditopang penguatan rupiah atas dolar AS setelah mata uang dolar AS melemah terhadap mata uang kawasan emerging market. Kemarin rupiah terhadap dolar AS menguat 0,3 persen di Rp13330. IHSG berhasil menguat hingga 41 poin (0,8 persen) di 5292,088.
“Saham-saham sektor infrastruktur, konsumsi, dan perdagangan menjadi motor penguatan IHSG. Sedangkan saham tambang logam, batubara, dan perkebunan cenderung bergerak bearish,” katanya.
Menurutnya, sentimen pasar lebih banyak digerakkan faktor eksternal terutama antisipasi pasar atas kebijakan ekonomi Trump yang akan memangkas hingga 75 persen regulasi dan keputusannya menarik AS keluar dari blok kerjasama perdagangan Trans-Pacific Partnership (TPP).
Analis PT Asjaya Indosurya Securities William Surya Wijaya menyatakan pergerakan IHSG masih belum beranjak dari rentang konsolidasi selama belum mampu menembus level 5.336 dan dapat bertahan di atas resisten level tersebut.
“Sedangkan support masih terlihat cukup kuat mampu bertahan pada level 5.221 dengan potensi kenaikan yang masih cukup besar selama level support tersebut dapat terjaga dengan baik. Hari ini IHSG berpotensi menguat,” jelasnya.
(gir)