Tak Cuma Rupiah, Target Harga Minyak APBN juga Bakal Meleset

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Rabu, 25 Jan 2017 16:58 WIB
Potensi kenaikan harga ICP dipicu oleh tren kenaikan harga minyak dunia akibat keputusan OPEC memangkas produksi.
Potensi kenaikan harga ICP dipicu oleh tren kenaikan harga minyak dunia akibat keputusan OPEC memangkas produksi. (www.pheonwj.pertamina.com)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah mengantisipasi melesetnya asumsi harga minyak mentah Indonesia (ICP) tahun 2017. Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun ini, asumsi ICP dipatok US$40 per barel.

"Kalau kita lihat sekarang, ada kemungkinan harga rata-ratanya antara US$45 sampai US$50 per barel. Potensi itu ada," tutur Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Suahasil Nazara saat ditemui di Gedung Thamrin Bank Indonesia (BI), Rabu (25/1).

Menurut Suahasil, potensi kenaikan itu dipicu oleh tren kenaikan harga minyak dunia. Salah satu faktornya berasal dari rencana negara-negara anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk memangkas produksi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia memprediksi kenaikan harga minyak tersebut dampaknya akan positif terhadap fiskal negara. Sesuai Nota Keuangan RAPBN 2017, setiap kenaikan US$1 harga ICP per barel APBN akan timbul kelebihan penerimaan sebesar Rp600 miliar hingga Rp1, 2 triliun.

Di sisi lain, kenaikan ICP juga berpotensi mendongkrak harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di masyarakat. Hal ini pada akhirnya akan berdampak pada laju inflasi.

Karenanya,pemerintah akan terus memantau perkembangan harga minyak mentah dunia agar dapat menyusun upaya mitigasi.

Sementara, BI memperkirakan tahun ini harga minyak mentah bisa menembus level US$47 per barel setelah akhir tahun lalu menyentuh level US$45 per barel, di atas proyeksi bank sentral yang semula sebesar US$40 per barel.

Sebagai informasi, kemarin, perdagangan minyak mentah dunia ditutup menguat menyusul pemangkasan produksi minyak OPEC dan negara produsen lain yang mencapai 1,8 juta barel per hari.

Harga Brent LCOc1 berjangka meningkat US$0,21 per barel ke angka US$55,44 per barel. Sementara itu, harga West Texas Intermediate (WTI) CLc1 meningkat US$0,43 per barel ke angka US$53,18 per barel.

Proyeksi target asumsi makro yang meleset dalam APBN 2017, sebelumnya diyakini Suahasil Nazara bakal terjadi pada nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Dalam APBN 2017, pemerintah mematok target nilai tukar Rp13.300 per dolar. Namun Suahasil memperkirakan akan terjadi depresiasi rupiah antara 1-2 persen akibat penguatan dolar yang dipicu sentimen perbaikan ekonomi AS pasca dipimpin oleh Presiden Donald J. Trump. (gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER