ANALISIS

Meniru Semangat Nasionalisme Ekonomi ala Donald Trump

Gentur Putro Jati | CNN Indonesia
Senin, 30 Jan 2017 07:22 WIB
Saat mayoritas pemimpin dunia mengkritik kebijakan proteksionisme ala Trump, ada baiknya menggunakan kacamata positif dalam melihat kebijakan tersebut.
Saat mayoritas pemimpin dunia mengkritik kebijakan proteksionisme ala Trump, ada baiknya menggunakan kacamata positif dalam melihat kebijakan tersebut. (AFP PHOTO / MANDEL NGAN)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kontroversial. Demikian pandangan mayoritas warga dunia ketika menyimak berbagai gebrakan kebijakan Pemerintah Amerika Serikat (AS) yang baru seumur jagung dipimpin oleh Presiden Donald J. Trump.

Mayoritas pemimpin negara-negara dunia terbaca takut kebijakan proteksionisme ala Trump, akan mengganggu berbagai kerja sama ekonomi bilateral dan multilateral sekaligus kerja sama pelaku bisnis yang akan dibentuk maupun yang sudah berjalan. Trans Pacific Partnership (TPP), hubungan kerja sama AS dan Meksiko, dan relokasi industri otomotif AS merupakan tiga diantaranya.

Di bawah kepemimpinan taipan properti tersebut, dunia dipaksa menelan jargon ‘Make America Great Again’ atau 'American First' yang sepintas berbau primordialisme. Jika dilihat dari sisi negatif, kebijakan itu hanya akan menimbulkan fobia akan hancurnya tatanan kerjasama ekonomi dunia yang ideal dan saling menguntungkan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun jika dilihat dari kacamata positif, garis besar kebijakan ekonomi Trump tersebut bukanlah sesuatu yang haram dan sepatutnya bisa ditiru oleh Indonesia.

William Henley, Founder Indosterling Capital lebih suka menuliskan jargon ‘American First’ dengan cara ‘American Fi(r)st’. Menurut William, kebijakan tersebut bisa saja diterjemahkan sebagai sebuah pukulan gaya Trump kepada dunia. Namun dari sisi positif, kebijakan tersebut juga memiliki pesan nasionalisme untuk mengedepankan penggunaan produk dalam negeri, ketimbang memilih kebijakan membanjiri negara adidaya tersebut dengan barang China.

“Pilihan untuk melihat ke dalam ini sesungguhnya bisa ditiru Indonesia, yang juga memiliki banyak potensi yang selama ini belum optimal dikelola untuk kemanfaatan bersama,” kata William, dikutip Senin (30/1).

Bagi William, kampanye ‘dibeli oleh Amerika, untuk Amerika’ yang didengungkan Trump semasa kampanye menyiratkan pesan kepada warganya dan juga warga dunia bahwa ekonomi AS memiliki potensi untuk pulih tanpa bantuan negara lain. Asalkan, warga AS mau membeli seluruh produk buatan perusahaan AS sendiri.

Hal tersebut menurut William kurang terlihat dari kebijakan Pemerintah Indonesia yang terkesan membiarkan negaranya menjadi pasar besar bagi sejumlah produk negara lain.

“Untuk itu diperlukan kesadaran bersama untuk pertama-tama mendahulukan membeli produk buatan Indonesia sebelum berpaling ke produk luar negeri,” ujarnya.

Genjot Kualitas

Jika kebijakan Trump tersebut mau ditiru oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi), maka tugas berat menanti di depan. Jauh lebih berat ketimbang meneruskan kebijakan ramah terhadap produk China dan negara-negara lain yang memiliki kapasitas produksi berlimpah dan hanya menjadikan Indonesia sebagai pasar berjualan.

Tugas tersebut adalah meningkatkan standar kualitas produk Indonesia yang tentunya memerlukan banyak dukungan sumber daya.

“Sambil mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk sekaligus memperkuat daya saing produknya, industri besar pun bisa menjadi mitra pendukung industri menengah untuk meningkatkan kualitasnya,” kata William.

Kemitraan antara industri besar dan kecil yang didukung oleh kebijakan pemerintah, merupakan kunci untuk memperkuat industri dalam negeri secara keseluruhan. (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER