2018, AP II Incar Kontribusi Bisnis Nonaeronautika Tembus 50%

Giras Pasopati | CNN Indonesia
Minggu, 29 Jan 2017 18:45 WIB
Dari total pendapatan pada Januari-Desember 2016 sebesar Rp6,65 triliun, bisnis nonaeronautika hanya menyumbang sebesar Rp2,62 triliun.
Dari total pendapatan pada Januari-Desember 2016 sebesar Rp6,65 triliun, bisnis nonaeronautika hanya menyumbang sebesar Rp2,62 triliun. (CNN Indonesia/Gentur Putro Jati)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Angkasa Pura II (Persero) berencana menggenjot lini bisnis nonaeronautika hingga mampu berkontribusi minimal 50 persen terhadap pendapatan pada 2018.

Presiden Direktur PT Angkasa Pura II (Persero) Muhammad Awaluddin menjelaskan, saat ini kontribusi pendapatan dari bisnis aeronautika masih lebih besar daripada bisnis nonaeronautika.

Dari total pendapatan pada Januari-Desember 2016 sebesar Rp6,65 triliun, sebanyak Rp4,03 triliun berasal dari bisnis aeronautika seperti Tarif Pelayanan Jasa Penumpang Pesawat Udara (PJP2U), biaya pendaratan pesawat, dan pemakaian garbarata.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara itu, bisnis nonaeronautika seperti konsesi, sewa ruang, reklame, serta bisnis kargo dan sebagainya pada periode yang sama mencetak pendapatan Rp2,62 triliun.

"Melalui pembentukan Angkasa Pura Propertindo dan Angkasa Pura Kargo, kami berharap kontribusi bisnis nonaeronautika pada 2018 dapat mencapai 50 persen atau lebih terhadap total pendapatan perusahaan,” ujar Awaluddin dalam keterangan resmi, Minggu (29/1).

Ia mengungkapkan, ketiga anak usaha yang dimiliki oleh AP II diperkirakan dapat meraih pendapatan hingga Rp1,14 triliun pada 2017 atau kurang lebih 13 persen dari pendapatan AP II, yang berasal dari APS sebesar Rp667 miliar, lalu APK sebesar Rp443 miliar, dan APP sebesar Rp38,7 miliar.

Saat ini pada tahun 2017 ketiga anak usaha tersebut tengah melakukan berbagai persiapan untuk menjalankan rencana bisnis yakni APP akan memulai bisnis perhotelan di Bandara Soekarno-Hatta dan Bandara Kualanamu, kemudian APK mengembangkan cargo village dan pengelolaan pergudangan di Bandara Soekarno-Hatta, dan APS mulai fokus pada bisnis information communication & technology.

Apalagi, AP II saat ini tengah bertransformasi untuk menjadi perusahaan kelas dunia yang mengoperasikan bandara kelas dunia. Di mana, lanjut Awaluddin, salah satu cirinya adalah kontribusi pendapatan terbesar bukan lagi berasal dari bisnis aeronautika, namun dari bisnis nonaeronautika.

"Kami optimistis target ini dapat tercapai pada 2018, sehingga pada tahun itu juga bandara-bandara AP II dapat disejajarkan dengan bandara berkelas dunia lainnya yang kontribusi pendapatan bisnis nonaeronautika lebih besar dari bisnis aeronautika," jelasnya.

Di samping fokus mengembangkan bisnia nonaeronautika, AP II kini juga tengah mempersiapkan infrastruktur digital guna mewujudkan smart connected airport di seluruh bandara yang dikelola perseroan.

Konsep smart connected airport ini diperkuat oleh sistem teknologi informasi untuk membuat setiap bandara lebih efisien dalam hal operasional, menghilangkan potensi kehilangan pendapatan, serta dapat menciptakan pendapatan dari lini baru.

Adapun konsep smart connected airport ini juga dapat memastikan tingkat pelayanan tetap terjaga di seluruh fasilitas yang ada di terminal, baik itu fasilitas keberangkatan maupun kedatangan, yang berujung kepada kepuasan bagi penumpang pesawat. (gir)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER