Bambang Brodjonegoro Waspadai Imbas Proteksi Trump

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Kamis, 02 Feb 2017 13:20 WIB
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional itu menghitung, dampak proteksi AS bisa membuat pertumbuhan investasi ke Indonesia melemah 1,91 persen.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional itu menghitung, dampak proteksi AS bisa membuat pertumbuhan investasi ke Indonesia melemah 1,91 persen. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) berharap investasi bisa menopang pertumbuhan ekonomi tahun ini yang ditarget sebesar 5,1 persen hingga 5,3 persen meski terdapat tantangan dari ekonomi Negeri Paman Sam dan Negeri Tirai Bambu.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) Bambang Brodjonegoro beralasan, Indonesia tidak bisa lagi mengandalkan konsumsi sebagai motor pertumbuhan ekonomi. Karena jika konsumsi terlalu dominan, maka pelemahan sedikit di daya beli membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia rentan.

Sebagai gambaran, kontribusi konsumsi di dalam pertumbuhan ekonomi 2015 mencapai 55,92 persen. Dengan asumsi porsi yang sama, menurut Bambang, dibutuhkan pertumbuhan konsumsi sebesar 5 persen untuk mencapai pertumbuhan ekonomi di angka 5 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pertumbuhan ekonomi bisa 5 persen, asal pertumbuhan konsumsi bisa 5 persen. Namun, pertumbuhan ekonomi 5 persen itu tidak cukup. Dibutuhkan upaya lebih," jelas Bambang di Gedung Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Kamis (2/2).

Sementara itu, Indonesia juga tidak bisa mengandalkan ekspor netto untuk menunjang pertumbuhan ekonomi di tahun ini. Bambang beralasan, pertumbuhan ekonomi di negara-negara lain juga mengalami pelemahan, sehingga permintaan barang-barang ekspor asal Indonesia ikut berkurang.

Dalam hal ini, ia memberi contoh China sebagai mitra dagang terbesar Indonesia, yang mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi dari angka 7 persen di kuartal I 2015 ke angka 6,7 persen di kuartal III 2016.

"Ekspor sebetulnya bisa memperbaiki pertumbuhan ekonomi. Tapi given the global condition, kita tidak bisa ekspektasi apa-apa. Bahkan, pertumbuhan ekspor tahun ini bisa menjadi nol karena global demand," lanjutnya.

Untuk itu, pemerintah mau tak mau menggantungkan asa kepada investasi agar pertumbuhan ekonomi bisa terjaga. Namun, setidaknya dibutuhkan pertumbuhan investasi sebesar 5,4 hingga 5,6 persen.

Padahal, ada beberapa tantangan yang mengancam pertumbuhan investasi tahun ini, di mana sentimen utamanya berasal dari China dan Amerika Serikat.

Pengaruh utama dari China, lanjutnya, berasal dari pelemahan pertumbuhan ekonomi yang sedang dihadapi. Jika perekonomian China melambat, maka kemampuan ekspansi investasi asal China semakin terkontraksi.

Di sisi lain, kebijakan proteksionisme ala Donald Trump bisa menahan laju investasi keluar (outward investment) dari negara Paman Sam. Bambang menghitung, dampak dari negara tersebut bisa membuat pertumbuhan investasi ke Indonesia melemah 1,91 persen.

"Untuk itu, iklim investasi harus lebih ramah agar penanaman modal asing (PMA) masuk ke Indonesia. Karena kami melihat, masih ada peluang bagi investasi untuk memperbesar porsi di pertumbuhan ekonomi," lanjutnya.

Apalagi, Indonesia dianggap memiliki sentimen baik setelah peringkat kemudahan bisnis Indonesia (ease of doing business) naik 15 peringkat dari posisi 106 ke 91 di tahun 2016. Ia mengakui jika posisi ini masih belum baik, namun kenaikan peringkat ini dianggap sebagai yang tertinggi di antara seluruh negara.

"Ini membuktikan kalau kami ingin improve dalam segi memperbaiki iklim investasi di Indonesia. Negara-negara lain bisa melihat kalau kami serius memperbaiki investasi di Indonesia," jelasnya.

Sebagai informasi, BKPM mencatatkan realisasi penanaman modal sebesar Rp612,8 triliun pada tahun lalu, atau meningkat 12,3 persen dibanding posisi tahun lalu sebesar Rp545,4 triliun.

Meski demikian, pertumbuhan investasi tahun lalu tak sebesar tahun sebelumnya. Pada tahun 2015, realisasi investasi tercatat sebesar Rp545,4 atau bertumbuh 17,77 persen dari tahun 2014 sebesar Rp463,1 triliun. (gir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER