Trump Gunting Pajak, BI Sebut Modal Asing Malah Masuk Rp24 T

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Jumat, 10 Feb 2017 15:31 WIB
Rencana kebijakan pemangkasan pajak korporasi AS sempat menimbulkan kekhawatiran arus modal keluar (capital outflow) negara berkembang.
Rencana kebijakan pemangkasan pajak korporasi AS sempat menimbulkan kekhawatiran arus modal keluar (capital outflow) negara berkembang. (REUTERS/Beawiharta).
Jakarta, CNN Indonesia -- Rencana kebijakan pemerintah Amerika Serikat (AS) menggunting pajak korporasi tidak membuat investor di Indonesia lari tunggang langgang. Bahkan, bank sentral menilai fundamental perekonomian nasional masih dalam kondisi prima.

"Kami tidak bisa melihat (pemotongan pajak korporasi AS) berdampak langsung. Tetapi, kami tahu bahwa stabilitas sistem keuangan dan makroekonomi kita baik, sehingga kebijakan itu tidak akan berdampak ke Indonesia terlalu besar," ujar Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus D.W. Martowardojo saat ditemui di Kompleks BI, Jumat (10/2).

Sekadar mengingatkan, manuver fiskal pemerintah AS diyakini bakal segera terealisasi. Terutama, setelah Presiden AS Donald J. Trump baru-baru ini mengklaim akan membuat pengumuman besar terkait kebijakan pajak.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Imbas dari pernyataan tersebut, tiga indeks saham utama di Wallstreet AS mencetak rekor tertinggi pada perdagangan Kamis (9/2) waktu setempat. Indeks Dow Jones Industrial Average tercatat naik 118,06 poin atau 0,59 persen ke 20.172,4, indeks S&P 500 naik 13,2 poin atau 0,58 persen menjadi 2.307,87 dan Nasdaq Composite menambahkan 32,73 poin atau 00,58 persen ke 5.715,18.

Agus mengakui, insentif fiskal Trump bakal mendongkrak optimisme perbaikan ekonomi negeri Paman Sam. Hal ini kemudian berkembang dengan kekhawatiran meningkatnya risiko arus modal keluar yang membayangi negara-negara berkembang.

Kendati demikian, khusus untuk Indonesia, boleh dibilang minat investor masih terjaga. Buktinya, dari total aliran modal masuk hingga hari ini tercatat Rp24,4 triliun. Realisasi ini lebih tinggi ketimbang periode yang sama tahun lalu yang berkisar Rp20 triliunan.

Kondisi cadangan devisa (cadev) per akhir Januari 2017 juga terjaga pada level Rp116,9 triliun, meskipun hanya naik tipis dari posisi akhir Desember 2015, yaitu Rp116,4 triliun.

Tidak hanya itu, lembaga pemeringkat Moody’s Investors Service (Moody’s) juga memperbaiki Outlook Sovereign Credit Rating Republik Indonesia dari Stable menjadi Positive, sekaligus mengafirmasi rating pada Baa3 (Investment Grade) pada 8 Februari 2017 lalu.

Hasil pemeringkatan itu, lanjut Agus, membuktikan bahwa reformasi struktural demi memperkuat perekonomian Indonesia telah berada di jalur yang tepat.

Di sisi lain, BI bersama pemerintah terus berupaya menjaga kestabilan perekonomian tahun ini. Salah satunya, tetap menjaga tingkat inflasi sesuai dengan target BI 4 plus minus 1 persen. (bir/gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER