Adhi Karya Siap Utang Rp4 Triliun demi Proyek LRT Tahun Ini

Yuliyanna Fauzi | CNN Indonesia
Jumat, 10 Feb 2017 17:54 WIB
Manajemen Adhi Karya masih terus mencari opsi pendanaan terbaik untuk memenuhi instruksi pemerintah, ikut menjadi investor proyek LRT.
Manajemen Adhi Karya masih terus mencari opsi pendanaan terbaik untuk memenuhi instruksi pemerintah, ikut menjadi investor proyek LRT. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Adhi Karya (Persero) Tbk setidaknya perlu mengajukan pinjaman ke perbankan dalam negeri sekitar Rp4 triliun tahun ini. Uang tersebut diperlukan untuk menutup pendanaan awal proyek pembangunan kereta api jenis Light Rapid Transit (LRT) Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi (Jabodebek) yang diperkirakan menghabiskan Rp7 triliun di tahun ini.

"Adhi Karya sudah siap dengan urusan pendanaan itu (dari Rp7 triliun yang dibutuhkan). Dari obligasi dan perbankan," ucap Direktur Utama Adhi Karya Budi Harto di Kementerian Perhubungan, Jumat (10/2).

Secara rinci, dari kebutuhan pendanaan awal sebanyak Rp7 triliun tersebut, Adhi Karya telah memberikan sebanyak Rp2 triliun yang berasal dari Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp1,4 triliun dan Rp600 miliar kas perusahaan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lalu, Direktur Keuangan Adhi Karya Harris Gunawan menyebutkan bahwa perusahaan akan merilis obligasi di tahun ini sebesar Rp3,5 triliun. Di mana sebanyak Rp1 triliun mengalir untuk proyek LRT Jabodebek.

Otomatis, Adhi Karya membutuhkan pencairan pinjaman dari perbankan sekitar Rp4 triliun. Hanya saja, pinjaman ke perbankan bisa menyusut bila pemerintah jadi menyuntik sekitar Rp1 triliun untuk proyek LRT Jabodebek sesuai wacana awal.

Selain itu, pinjaman ke perbankan bila kembali menyusut bila pengajuan PMN dari Adhi Karya diterima oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Kementerian Keuangan.

"Itu masih digodok pemerintah. Dalam satu bulan ini ditentukan pemerintah. Bisa berubah, bisa lebih, bisa tetap," kata Budi.

Untuk pinjaman perbankan, Adhi Karya menyebutkan akan mencari peruntungan baik ke perbankan BUMN maupun perbankan swasta.

Adapun pemenuhan pendanaan awal sebanyak Rp7 triliun sangat penting ditutup perusahaan. Pasalnya, saat ini progress pembangunan proyek baru mencapai 12 persen. Sedangkan perusahaan setidaknya harus menyelesaikan sekitar 40 persen di akhir tahun ini untuk mengejar target penyelesaian LRT Jabodebek pada 31 Mei 2019 mendatang.

Putar Otak

Setelah kewajiban mencari dana sebanyak Rp7 triliun terpenuhi, Adhi Karya sebenarnya masih harus putar otak mencari kekurangan dana dari nilai proyek LRT Jabodebek yang mencapai Rp23,3 triliun termasuk dengan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 10 persen. Artinya, perusahaan konstruksi pelat merah tersebut masih harus 'jor-joran' mencari Rp16,3 triliun.

Dalam perhitungan Harris, Adhi Karya berencana menerbitkan obligasi sekitar Rp1,5 triliun pada 2018. Namun, Harris masih enggan berbagi berapa persen yang akan disuntikkan ke proyek LRT sepanjang 43 kilometer tersebut bila jadi merilis obligasi.

Selain itu, Harris menyebutkan mau tidak mau di 2018, perusahaan perlu mengajukan pinjaman ke perbankan dan PMN.

Sementara itu, Analis Senior Binaartha Securities Reza Priyambada menilai, Adhi Karya memiliki peluang untuk menerbitkan obligasi dan pinjaman ke perbankan karena rasio utang terhadap ekuitas (debt to equity ratio/DER) yang masih rendah, yakni 2,6 kali.

"Kalau Adhi Karya mau menerbitkan obligasi, masih bisa untuk melakukan leverage perolehan utang sampai bisa mengangkat level DER nya 3 kali," jelas Reza.

Pasalnya, sejumlah perusahaan konstruksi lainnya memiliki DER yang berada dikisaran 3 kali, seperti PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) 3,5 kali, PT PP (Persero) Tbk (PTPP) 3,4 kalim, dan PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) berada di level 3,3 kali. (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER