Jakarta, CNN Indonesia -- Pemilihan Presiden International Fund for Agricultural Development (IFAD) yang diikuti Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang P.S. Brodjonegoro, dimenangkan oleh Mantan Perdana Menteri Togo, Gilbert Fossoun Houngbo.
Houngbo berhasil menjadi pemenang setelah dilakukan pemilihan sebanyak dua putaran dalam sidang tahunan IFAD yang berlangsung di Roma, Italia, 14-15 Februari 2017.
Danang Rizki Ginanjar, Staf Khusus Menteri PPN mencatat Houngbo berhasil meraih 54,43 persen suara mengalahkan tujuh kandidat lainnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Posisi kedua ditempati oleh Politikus Italia Paolo De Castro dengan jumlah suara 20,34 persen, dan Bambang Brodjonegoro memperoleh suara terbanyak ketiga sebesar 17,65 persen. Dengan begitu, Houngbo akan menjadi Presiden IFAD masa jabatan 2017-2021 dan mulai bertugas tanggal 1 April 2017.
"Houngbo, Paolo De Castro dan Bambang Brodjonegoro berhasil maju ke ronde kedua setelah meraih suara terbanyak pada ronde pertama. Di ronde pertama, Houngbo meraih 39,62 persen suara, De Castro 15,08 persen dan Bambang 15,08 persen,” jelas Danang, Rabu (15/2).
Pemilihan Presiden IFAD, lanjut Danang, ditentukan oleh besar kecilnya kontribusi permodalan masing-masing negara kepada IFAD. Saat ini terdapat 18 negara anggota IFAD yang memiliki lebih dari 50 persen total hak suara memilih dari total 176 negara anggota.
Adapun 10 negara yang memiliki hak suara paling besar adalah Amerika Serikat 6,98 persen, Italia 4,22 persen, Jerman 4,09 persen, Jepang 4,09 persen, Belanda 3,83 persen, Arab Saudi 3,52 persen, Kanada 3,44 persen, Inggris 3,29 persen, Swedia 3,12 persen dan Perancis 3 persen.
“Indonesia sendiri memiliki hak suara sebesar 0,73 persen dan berada di urutan ke-25,” katanya.
Dari delapan calon yang bertarung memperebutkan kursi Presiden IFAD, yakni Indonesia, Turki, Italia, Swiss, Dominika, Maroko, Togo, dan Meksiko, pertarungan sengit justru dilakukan oleh Italia dan pendukung Togo, yakni Perancis.
Menurut Danang, Italia pada detik-detik terakhir justru menambah modalnya sehingga porsi suaranya bertambah guna memberikan dukungan kepada kandidatnya. Dari sebelumnya ranking-8 menjadi rangking-2 terbesar suaranya.
Perancis bahkan menjadi juru bicara memiliki kampanye bagi Togo. Perancis memiliki pengaruh sangat kuat di kalangan negara-negara Afrika termasuk di Eropa.
Pakar hukum internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana melihat pemilihan Presiden IFAD sangat tergantung pada hak suara negara pendukung para kandidat.
"Jadi intinya semua tergantung negara lain yang mendukung. Baik di Afrika maupun negara Barat. Bukan sosok siapanya tapi lebih kepada dukungan ," jelas dia.
Sebenarnya Indonesia memiliki kans besar untuk menjadi pemimpin atau Presiden IFAD. Syaratnya, negara tidak membiarkan calon Presiden IFAD, Bambang Brodjonegoro yang saat ini menjabat sebagai Menteri PPN/Kepala Bappenas berjuang sendiri.
"Kita punya kans besar. Bicara soal figur, Bambang banyak pengalaman. Pernah memegang beberapa jabatan penting di Indonesia," kata Hikmahanto.
Menurut Hikmahanto, dalam pencalonan ini yang berat adalah sangat diperlukannya negara-negara pendukung yang menjadi bagian atau konstituen Indonesia untuk satu suara mendukung pencalonan Bambang Brodjonegoro. Dengan dukungan pemerintah Indonesia secara kompak maka akan lebih mudah untuk mendapatkan suara dari negara tetangga.
"Sebagai negara, Indonesia tidak bisa dipandang sebelah mata. Maka negara harus bisa bisa membantu dan melobi banyak negara lainnya. Intinya pemerintah harus kompak mendukung," tuturnya.
(gen)