Jakarta, CNN Indonesia --
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai pergeseran pangsa ekspor Indonesia dari Amerika Serikat (AS) ke China bukan disebabkan oleh sentimen kebijakan perdagangan protektif yang diterapkan Presiden AS Donald Trump.
Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor non-migas Indonesia terbesar yang terbang ke China sebesar US$1,55 miliar atawa menyedot 12,8 persen dari total ekspor non-migas Januari 2017. Padahal, biasanya pangsa pasar ekspor non-migas Indonesia cenderung diserap oleh AS.
Namun, sepanjang Januari lalu, ekspor non-migas Indonesia ke AS hanya sebesar US$1,43 miliar atau sekitar 11,77 persen dari total ekspor non-migas. "Tidak juga, itu memang tendensinya ada," ujar Darmin di kantornya, Kamis (16/2).
Jika dirinci, kinerja ekspor non-migas dari Indonesia ke AS pada Januari 2017 dibandingkan dengan kinerja ekspor Desember 2016, masih lebih baik ketimbang kinerja ekspor non-migas Indonesia ke China pada Januari 2017 dibandingkan Desember 2016.
Pada Desember 2016, ekspor non-migas ke AS bernilai US$1,46 miliar sedangkan Januari 2017 hanya menurun sekitar 2,73 persen menjadi US$1,43 miliar.
Sedangkan ekspor non-migas ke China pada Desember 2016 sebesar US$1,88 miliar dan turun 17,55 persen pada Januari 2017 sebesar US$1,55 miliar. Meski memang, secara nilai, ekspor Januari kemarin, dominasi pangsa ekspor Indonesia lebih tinggi menyasar ke China.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ini berarti, kinerja ekspor non-migas Indonesia ke AS lebih terjaga meski sentimen negatif dari kebijakan perdagangan protektif Trump menghantui dunia usaha dan sektor perdagangan kedua negara, bahkan negara-negara lain di dunia.
Kemudian, Darmin juga melihat pergeseran pangsa pasar ekspor non-migas dari Indonesia ke sejumlah negara justru ada baiknya. Dalam arti, Indonesia berhasil meningkatkan kinerja ekspor ke beberapa negara, seperti India, yang pada Januari lalu mampu menggantikan posisi Jepang yang biasanya masuk dalam tiga besar negara tujuan ekspor non-migas Indonesia.
Pada Januari lalu, ekspor non-migas Indonesia meningkat US$396,1 juta atau sekitar 42,9 persen ke India apabila dibandingkan dengan Desember 2016. Sedangkan, ekspor ke Jepang justru turun 6,74 persen atau sebesar US$83,9 juta dibandingkan Desember 2016.
"India itu pasar yang sangat besar. India itu pertumbuhan ekonominya memang bagus, yang terbaik di dunia sekarang ini. Sehingga, permintaan impornya baik lebih cepat," jelas Darmin.
Tak hanya itu, ekspor non migas Indonesia juga meningkat ke Thailand, naik sekitar 5,24 persen dan ke Italia, naik sekitar 31,58 persen selama Januari lalu.
Oleh karenanya, perluasan dan peningkatan ekspor ke beberapa negara lain menjadi fokus pemerintah, seperti Pakistan, Iran, Nigeria, dan Afrika Selatan.
Adapun fokus ekspor tersebut akan digencarkan dan baru terlihat dapat enam bulan ke depan bersamaan dengan negosiasi dagang yang dilangsungkan Indonesia ke negara-negara tersebut.
Secara total, BPS mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2017 mengalami surplus US$1,4 miliar atau meningkat US$50 juta bila dibandingkan Desember 2016 sebesar US$990 juta.
Ekspor keseluruhan Januari 2017 sebesar US$13,38 miliar atau naik 27,71 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sedangkan impor keseluruhan Januari 2017 sebesar US$11,99 miliar atau naik 14,54 persen dibandingkan Januari 2016.