Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina (Persero) berencana akan meningkatkan kapasitas kilang Tuban dari angka awal 300 ribu barel per hari menjadi 400 ribu barel per hari setelah proyek ini terealisasi pada 2023 mendatang.
Menurut Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Rachmad Hardadi, pertimbangan untuk menambah kapasitas sebagai antisipasi apabila permintaan Bahan Bakar Minyak (BBM) domestik melonjak di kemudian hari.
Apalagi, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan akan melesat, sehingga konsumsi BBM juga diperkirakan ikut terkerek.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,02 persen tahun lalu merupakan salah satu yang terbaik di Asia. Kalau momentumnya terus seperti ini, kami juga melihat potensi penyerapan pasar ke depannya. Saya optimistis, kilang Tuban itu kapasitasnya bergeser bukan 300 ribu barel per hari, minimum 350 ribu barel per hari dan bisa saja bergerak ke angka 400 ribu barel per hari," ujar Rachmad, Jumat (24/2).
Dengan penambahan kapasitas, tentu saja perusahaan harus mengeluarkan tambahan investasi. Namun, menurutnya, tambahan angka investasi tersebut terbilang tidak signifikan.
"Dari sisi investasi, sebetulnya tidak terlalu banyak perubahan mengingat peralatan yang digunakan itu ada range operasinya. Layaknya mobil, mau dijalankan di angka 80 km per jam atau 60 km per jam kan tidak terpengaruh pada harga mobil itu sendiri," terangnya.
Sayangnya, ia masih belum tahu tambahan nilai investasi yang dibutuhkan. Pasalnya, saat ini, perusahaan tengah melakukan lelang teknologi yang akan digunakan di kilang tersebut. Jika lelang telah selesai dilaksanakan, maka nilai investasi secara pasti akan terlihat.
"Tentu harus dilihat, kalau sudah ketahuan memakai teknologi A, konfigurasinya bisa terbentuk. Kami membuat infrastruktur ini tentu harus fleksibel. Kapan bisa dinaikkan dan kapan bisa ditahan pada suatu kapasitas tertentu. Tapi bagi kami, angka kapasitas 300 ribu barel per hari itu sudah firm," kata Rachmad.
Sebagai informasi, kilang Tuban rencananya akan memiliki nilai investasi sekitar US$14 miliar dan mulai ground-breaking pada 2019 mendatang. Di dalam proyek ini, Pertamina menggandeng perusahaan asal Rusia, OJSC Rosneft, dengan komposisi kepemiikan 55 persen untuk Pertamina dan 45 persen untuk Rosneft.
Kilang Tuban merupakan satu dari dua kilang baru perusahaan yang rencananya akan dibangun dalam kurun 10 tahun mendatang. Ini untuk menambah kapasitas terpasang kilang Pertamina dari saat ini sebesar 1,04 juta barel menjadi 2 juta barel pada tahun 2023 mendatang.
(bir)