Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bakal mendorong perusahaan pelat merah untuk mengeluarkan obligasi agar dapat menyerap saham PT Freeport Indonesia (PTFI).
Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis dan Media Kementerian BUMN, Fajar Harry Sampurno menuturkan, jajarannya tengah menunggu kepastian valuasi saham PTFI tersebut.
Saat ini, penghitungan valuasi saham masih dilakukan oleh dua pihak yaitu PTFI sendiri dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan hitungan PTFI, valuasi 100 persen sahamnya sebesar US$16,2 miliar. Artinya, harga 10,64 persen saham divestasi yang ditawarkannya ke pemerintah menjadi US$1,7 miliar.
Sementara, Kementerian ESDM sendiri mengajukan penawaran US$630 juta terhadap 10,64 persen saham divestasi PT Freeport Indonesia.
"Kalau Kementerian BUMN ditugaskan untuk mengambil alih, maka kami sudah siap. Bu Rini sudah mengirimkan surat kepada Menteri Keuangan (Menkeu) dan Menteri ESDM menyatakan kesiapan," papar Fajar, Kamis (2/3).
Menurut Fajar, dana yang digunakan untuk mengambil alih saham PTFI tidak akan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja negara (APBN).
Sehingga jika menggunakan skema selain obligasi, maka pihaknya juga perlu merealisasikan induk usaha (
holding) pertambangan untuk menambah modal dalam pengambilalihan saham PTFI.
"Sekarang dilihat valuasi. Kalau kecil, dibeli konsorsium tambang dan konsorsium BUMN. Di luar tambang itu masih ada BUMN lain yang bisa bantu beli juga sebenarnya," terang Fajar.
Seperti diketahui,
holding pertambangan akan dipimpin oleh PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) alias Inalum.
Direktur Utama Inalum Winardi Sunoto mengatakan, pihaknya siap untuk menggelontorkan dana untuk membeli saham PTFI. Hanya saja, perusahaan belum menentukan skema yang tepat dalam hal pendanaan.
PTFI sendiri memiliki kewajiban untuk melakukan divestasi setelah lima tahun berproduksi . Pelaksanaan divestasi ini rencananya dilakukan dalam lima tahap, di mana divestasi sebesar 51 persen dilakukan pada tahun ke-10 setelah berproduksi.
(gir/gen)