Harga Minyak Terkapar di Level Terendah Tahun Ini

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Jumat, 10 Mar 2017 09:37 WIB
Pada perdagangan kemarin, Brent dan WTI masing-masing sempat menyentuh harga terendah US$51,5 dan US$48,59 per barel.
Pada perdagangan kemarin, Brent dan WTI masing-masing sempat menyentuh harga terendah US$51,5 dan US$48,59 per barel. (REUTERS/David W Cerny)
Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak mentah melemah 2 persen pada hari Kamis (9/3) waktu Amerika Serikat (AS) akibat persediaan minyak negara tersebut yang mencapai rekor baru.

Hal ini semakin membuat ragu pasar, bahwa kebijakan pemangkasan produksi organisasi negara-negara pengekspor minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) benar-benar bisa mendongkrak harga emas hitam tersebut.

Dikutip dari Reuters, penurunan ini melanjutkan sesi perdagangan Rabu (8/3) di mana harga minyak terjun 5 persen setelah AS diketahui memiliki tambahan persediaan minyak 8,2 juta barel pada pekan lalu dan membuat persediaan secara keseluruhan tercatat 528,4 juta barel.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Akibatnya, harga Brent turun US$0,92 per barel ke angka US$52,19 per barel. Sementara itu, harga West Texas Intermediate menurun US$1 per barel ke angka US$49,28 per barel.

Ini merupakan level terendah harga minyak setelah OPEC memberlakukan pemangkasan produksi.

Bahkan, harga Brent dan WTI masing-masing sempat menyentuh US$51,5 per barel dan US$48,59 per barel di tengah sesi perdagangan. Angka ini merupakan titik terendah sejak awal tahun ini.

Volume perdagangan untuk Brent terbilang tinggi dengan rekor mencapai 487 ribu lot berpindah tangan. Angka ini merupakan titik tertinggi sejak tahun 1988 silam.

Kendati demikian, kedua indeks harga minyak masih bergerak di dalam rentang US$3 per barel hingga US$5 per barel, atau pergerakan harga sejak OPEC memberlakukan pembatasan produksi. 

Namun, kegiatan pengeboran minyak AS terus bertambah. Pasalnya, perusahaan minyak AS berencana untuk menambah pengeboran di Dakota Utara, Oklahoma, dan wilayah migas non konvensional lainnya. Bahkan, lapangan Permian yang digadang sebagai lapangan minyak terbesar di AS, memperlihatkan kenaikan produksi yang signifikan.

Untuk itu, pejabat tinggi Arab Saudi di sektor energi dikabarkan telah bertemu beberapa petinggi perusahaan minyak AS dalam pertemuan tertutup. Pertemuan itu membicarakan bahwa perusahaan tidak boleh berasumsi bahwa OPEC akan memperpanjang periode pemangkasan produksi agar pertumbuhan produksi minyak non-konvensional AS bisa ditekan. (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER