Moody's Ganjar Sukuk Global Pemerintah dengan Rating Positif

CNN Indonesia
Rabu, 15 Mar 2017 00:02 WIB
Sebelumnya, pemerintah tengah mempersiapkan penerbitan obligasi negara syariah (sukuk) berdenominasi dolar AS dengan nilai sekitar US$2,5 miliar.
Sebelumnya, pemerintah tengah mempersiapkan penerbitan obligasi negara syariah (sukuk) berdenominasi dolar AS dengan nilai sekitar US$2,5 miliar. (REUTERS/Kim Hong-Ji/Illustration)
Jakarta, CNN Indonesia -- Moody's Investors Service mengganjar utang tanpa jaminan senior, dalam hal ini sukuk dengan denominasi dolar AS yang akan diterbitkan oleh Pemerintah Indonesia, dengan rating Baa3 positif.

Adapun penerbitan itu rencananya dilakukan melalui Perusahaan Penerbit SBSN Indonesia III (PPSI III) di bawah program penerbitan surat berharga negara valuta asing, yang baru-baru diperbesar menjadi US$15 miliar dari US$10 miliar sebelumnya.

VP Senior Credit Officer Moody's Investors Service Singapore Pte. Ltd Christian de Guzman mengatakan, kewajiban pembayaran diwakili oleh sekuritas yang diterbitkan oleh PPSI III berada dalam tingkat kesetaraan (pari passu) dengan penerbitan utang tanpa jaminan senior lainnya dari Pemerintah Indonesia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dengan demikian, rating Baa3 untuk penerbitan sukuk yang diusulkan ini sejalan dengan peringkat Pemerintah Indonesia di level Baa3. Hal itu mengingat kewajiban pembayaran ditangani oleh Pemerintah Indonesia juga," jelasnya dalam keterangan resmi, Selasa (14/3).

Ia menyatakan, Moody's kemungkinan menghapus status sementara dari pemeringkatan ini terkait penutupan masa penerbitan dan melakukan review dari penerbitan akhir. Moody's juga mencatat bahwa rating sukuk tidak menyatakan pendapat atas kepatuhan terhadap struktur hukum syariah.

"Peringkat obligasi pemerintah Indonesia di level Baa3 merepresentasikan tingkat negara rendah utang, defisit fiskal yang sempit, dan pertumbuhan yang sehat dibandingkan dengan negara lain di pasar berkembang," ungkapnya

Indonesia juga memperoleh manfaat dari skala ekonomi yang besar dan stabilnya sistem perbankan yang menimbulkan risiko terbatas.

Di sisi lain, basis pendapatan yang sempit merupakan kendala kunci yang menghambat kemampuan pemerintah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi sementara defisit anggaran dipatok 3 persen dari PDB.

"Tantangan lain termasuk lemahnya supremasi hukum dan pengendalian korupsi sesuai dengan Worldwide Governance Indicators. Selain itu pasar modal domestik yang dangkal, yang memberikan kontribusi untuk ketergantungan Indonesia pada pendanaan eksternal," kata De Guzman.

Sementara, prospek positif pada rating Indonesia mencerminkan tanda-tanda yang muncul dari pengurangan hambatan struktural, termasuk tingkat kerentanan eksternal dan kekuatan institusinya.

"Kenaikan peringkat memerlukan kemajuan dalam mengurangi kerentanan eksternal dan meningkatnya kekuatan institusional," ujarnya.

Peningkatan rating ini, lanjutnya, harus didukung oleh penurunan ketergantungan pemerintah pada utang luar negeri, atau bukti nyata bahwa reformasi mendorong investasi, daya saing atau meningkatkan pendapatan secara berkelanjutan.

Sementara, penurunan peringkat kurang dimungkinkan karena outlook saat ini yang positif.

"Kami bisa merevisi outlook menjadi stabil jika penguatan kelembagaan baru tertahan atau melemah, terdapat penurunan kinerja pendapatan, atau prospek pertumbuhan relatif melemah dibandingkan negara lain," jelasnya.

Penerbitan Sukuk Sekitar US$2,5 Miliar

Sebelumnya, pemerintah tengah mempersiapkan penerbitan obligasi negara syariah (sukuk) berdenominasi valas tahun 2017.

"Sukuk lagi persiapan. Persiapan dokumentasi, persiapan seleksi underwriter [penjamin emisi]," tutur Scenaider Clasein Siahaan, Direktur Strategi dan Portofolio Pembiayaan Kementerian Keuangan (Kemenkeu), saat ditemui di Gedung Djuanda I Kemenkeu, Januari lalu.

Rencananya, nilai sukuk global tahun ini yang akan diterbitkan tak jauh berbeda dengan tahun lalu. Pada Maret 2016, pemerintah menerbitkan dua seri sukuk global senilai total US$2,5 miliar dengan tenor masing-masing lima tahun dan sepuluh tahun.

"Perkiraan saya [nilainya] sama lah, jangan sampai terlalu jauh," ujarnya.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER